Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Ternyata Parpol Menuntut Setoran

28 November 2011   03:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:06 1156 0
[caption id="attachment_145119" align="alignright" width="344" caption="uang malu"][/caption] Banyak bicara, salah satu syarat menjadi politisi.Apakah banyak bicara yang saya maksud hanyalah pemanis di bibir saja, biarlah pembaca memaknainya. Diam adalah emas, diam berarti tak dapat pemilih bagi penggiat politik. Politisi perlu bujuk rayu, dan janji meyenangkan. Semoga apa yang saya catatkan, bukan sekadar asal bicara.

Ditemani sajian kopi tanpa penganan, saya lebih menjadi pendengarpembicaraan seorang kawan yang ketika pagi di jam kantor itu bertandang ke tempat kerja saya.

Sebenarnya, tak tepatlah menjadikan kantor dijadikan mirip obrolan warung kopi. Karena kepincut untuk tahu lebih dalam, obrolan ngolor ngidul itu saya jadikan referensi buat tulisan nyerocos ini. Siapa tahu berguna.

Kawan ngobrol saya adalah pengurus teras salah satu Parpol tingkat Kabupaten. Sepanjang pembicaraan, banyaklah Ia mengeluhkan wakil rakyat yang berasal dari partainya. Menurutnya, tidak ada “konstribusi” berarti anggota DPRD itu ke partainya. Dari nada bicaranya yang kecewa, hamper saja dia berkata “Sialan.....!“

Konstribusi apa yang dimaksud? umum kita ketahui, bahwa memang anggota legislative yang duduk di kursi wakil rakyat dibebani semacam “setoran” ke partainya, tentu dengan nilai yang telah mereka sepakati. Setoran itu sumbernya dari mana? kita tahulah darimana dan sejumlah berapa pendapatan anggota dewan. Ada setoran yang diregulasikan tertulis, ada pula yang tidak. Tergantung jurus masing-masing Parpol.

Ingatlah saya dengan kasus M. Nasaruddin yang belakangan ini perlahan terkubur. Nyanyiannya banyak menyebut teman partainya. Dalam benak publik pasti tahu, Nasaruddin korup karena sejumlah uang yang disetorkan ke partai atau pun koleganya di partai. Simpulan sementara, setoran itu penyebab korupsi. Kolusi dan nepotisme sudah pasti.

Tunggu dulu, tak semuanya setoran penyebab korupsi” kata kawan saya, saat saya mendebatnya. Alasannya memang logis, bahwa karena Partai lah maka seorang anggota dewan duduk di legislatif. Wajar dong, ia menyetor uang untuk pengembangan partai. Betul juga, anggota dewan kan uangnya tentu lebih banyak dari anggota parpol yang tak lolos menikmati kursi.

Tentang bagaimana bentuk pengembangan partai yang dimaksud kawan saya itu, saya tak mau banyak tanya. Anda pun mungkin tahu, geliat partai baru akan muncul saat Pemilu atau Pemilukada menjelang. Setahu saya, tugas partai dalam undang-undang itu banyak. Salah satu diantaranya yang paling penting adalah melakukan Pendidikan Politik kepada masyarakat. Tentang tugas Parpol, saya tak mau menggurui kawan bincang saya, saya sudah tebak (mungkin) dia kurang memahami.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun