Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

The Divine (Ekspresi Kreatif Tentang Transendensi)

6 Agustus 2011   16:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:02 64 0
Allah adalah angin yang berhembus... Yang memenuhi seluruh ruang batin, Ruang di jiwa. Ia akan mengisi ruang yang kosong, ruang yang hampa. Tak akan dibiarkannya kosong... Ia mengisi ruang Tapi tetap saja kita tak bisa melihat-Nya. Namun bisa merasakan-Nya. Sebab Ia ada. Sentuhan-Nya terasa begitu lembut... Membelai dengan Cinta Allah dan Cinta adalah kesatuan. Melambai dalam geliat riak ombak warna warni Setiap warna adalah energi Setiap energi punya tujuannya masing-masing Berlomba bergulung-gulung mencapai daratan... Untuk menjumpaiku, menjumpaimu, menjumpai kita. Saling menarikan Cinta dalam keindahan. Menarikan dengan penuh kemesraan. Menarikan dengan kerinduan... Menarikan dengan penuh penghargaan... Untuk seorang pribadi yang begitu indah, yang begitu dicintai-Nya. Aku, kamu, kita... Untuk seorang pribadi yang begitu berharga bagi-Nya. Yang tak ‘kan dibiarkannya jatuh, namun diberi-Nya ruang untuk kita belajar Belajar di dalam ruang yang diisi dengan Cinta-Nya. Belajar merasakan Cinta itu. Belajar meyakini adanya Cinta itu. Belajar mengenal lagi dan lagi tentang Cinta itu, yang sebenarnya sudah kita kenal Tapi mungkin itu di kehidupan sebelumnya... Sebab di kehidupan yang sekarang, itu harus dimulai lagi dari nol Maka muncullah kita dalam wujud bayi yang tak mengingat apa-apa Tapi di dalam tiap syaraf kita merekam jejak perjalanan cinta itu Pada jejak perjalanan cinta, kita goreskan cinta ke dalam dan ke luar diri. Pada jejak-jejak itu... kita berhutang pembelajaran. Kita berhutang ingatan... Akan Cinta yang pernah ada dulu dan kini. [caption id="attachment_123269" align="aligncenter" width="300" caption="The Divine, from drawing to writing"][/caption]

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun