Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Pilu Asa Jati Diri

3 September 2021   16:00 Diperbarui: 6 September 2021   00:31 63 2

Menginjak masa remaja di bangku SMP, bersama saling memahami namun hanya sekedar batas tembok yang selesai tanpa kejelasan masalah, yang dirasakan. Sehingga gundukkan kerikil terus menjalar keatas hingga tak usai, dan hanya dengan pengakuan yang lebih jujur dapat meringkan dosa yang di rasakan. 

Entah kenapa berat hati menyampaikan sebenarnya dengan mengangkat ponsel memandang layar, berpikir mengatur kata, "sorry kalau aku ganggu waktu kamu yang sibuk, aku rasa aku harus jujur dengan apa yang aku rasakan sekarang. Aku tau aku khilaf dengan Tindakan yang tidak sewajarnya, namun semoga kedepannya tidak akan aku ulangi lagi." 

Pesan terkirim tak disadarkan ponsel itu terlempar di Kasur dengan jarak jauh, empat jam berlalu tidak ingin dinanti namun hanya saja lamunan itu terus berkutik dalam lamunan memandang langit dinding. Terdengar getaran notif ponsel hanya ada centang berwarna biru saja, sayang sekali rasa maaf dan kesalahan hanya menjadi angin lewat tanpa memahami jati diri yang sedang diri ini susun. 

Kembali dari ke khilafan manusia yang tak sempurna. Hanya saja cerita itu menjadi sampah saja yang tidak ingin diingat dan dibuang saja agar tidak dipikirkan Kembali. 

Maaf sekali buat kau dalam pesan yang sampaikan dalam ilusi ku terhadap sampah itu menjadikan pelampiasan diri, semoga saja kau sadarkan diri dengan keangkuhan itu. 

Selang dua hari berlalu hanya aja sautan nama "nia" sudah itu saja, lalu respon pembicaraan dalam ruang ketik dijawab sepuluh menit berlalu karena di sengaja oleh diri dalam hati agar tidak menterbiasakan untuk berkontak dengan kamu (kontak dan orang sama) karena sebenarnya dua tahun aku sendiri sudah muak. 

Jawaban diruang ketik aku sampaikan "ada apa?" sautannya cukup cekat "mau minta contoh dokumen surat ijin, ada gak kamu?" dengan baik hati tidak lama aku kirimkan dokumen itu. 

Tetapi rasa hati selalu saja ada rasa jengkel dengan permintaannya yang kadang kurang sopan, walau kadang kala ada sopan yang diselipkan dari pesan yang di sampaikan. Hanya saja kiriman dokumen itu di sertai dengan "okeh makasih ya" . sudah cukup pesan itu di akhir dan hati Kembali tenang tidak memikirkan kejengkelan pesan tersebut.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun