Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik Pilihan

Berita Teroris, Catatan Kritis buat Media

2 Januari 2014   11:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:14 263 2
Penggerebekan terduga teroris di Ciputat maupun tempat-tempat lain menimbulkan berbagai pertanyaan. Berita terbaru, media memberitakan terjadi tembak menembak antara terduga teroris kelompok Dayat kacamata dengan Densus 88.

Benarkah tembak menembak? kalau tembak menembak berarti saling tembak, antara kelompok Dayat kacamata dengan teroris.

Para reporter atau redakturnya yang tidak kritis hanya menulis saling tembak. Media dalam hal ini seperti juru bicara kepolisian. Harusnya redaktur memerintahkan untuk memeriksa TKP, adakah selongsong peluru yang dimuntahkan kelompok Dayat di lokasi? sampai sekarang hampir semua media tidak memberitakan hal ini.

Ok lah, kalau wartawan dilarang masuk TKP oleh petugas wartawan, pastinya wartawan punya jaringan ke aparat Densus untuk melihat lokasi. Kalau wartawan yang suka ngepost di Mabes Polri dan punya jaringan kuat bisa masuk ke TKP. Ini pun bisa dan bisa diberitakan, kenapa tidak dilakukan wartawan saat meliput penggerebekan teroris.

Penggerebekan teroris Ciputat kelompok Dayat yang menewaskan enam orang berlangsung hampir 8 jam. Ini drama yang nampaknya sengaja dipertontonkan.

Densus 88 yang katanya pasukan antiteror yang punya alat sadap dan terdidik secara rapi, harusnya bisa melumpuhkan secara cepat terduga teroris. Sebelum menggerebek, Densus bisa melakukan penyamaran dan mengirim tim kecil. Dan komandan bisa berpesan, agar terduga teroris dilumpuhkan bukan dimatikan. Nampaknya ada instruksi dari atasan, untuk terduga teroris dimatikan saja.

Sampai saat ini, barang bukti atau barbuk yang disita polisi yang dikatakan terjadi saling tembak dan beberapa selongsong tidak diperlihatkan. Saya berpesan, para wartawan yang meliput kasus teroris jangan hanya dicocor berita dari Mabes Polri, coba gali lebih dalam.

SUMBER TULISAN

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun