Penyebab Inflasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain:
1. Permintaan yang Lebih Tinggi dari Penawaran (Demand-Pull Inflation): Terjadi ketika permintaan barang dan jasa dalam perekonomian lebih tinggi daripada kemampuan produksi. Hal ini bisa disebabkan oleh peningkatan konsumsi, investasi, atau pengeluaran pemerintah.
 Â
2. Kenaikan Biaya Produksi (Cost-Push Inflation): Terjadi ketika biaya produksi barang dan jasa naik, sehingga produsen menaikkan harga jual untuk mempertahankan margin keuntungan. Faktor-faktor seperti kenaikan upah, harga bahan baku, dan biaya energi dapat memicu inflasi jenis ini.
3. Ekspektasi Inflasi: Ketika masyarakat mengantisipasi kenaikan harga di masa depan, mereka cenderung mempercepat pembelian, yang bisa meningkatkan permintaan dan mendorong harga naik.
4. Inflasi Moneter: Terjadi ketika jumlah uang yang beredar dalam perekonomian bertambah lebih cepat daripada pertumbuhan ekonomi itu sendiri, seringkali akibat kebijakan moneter yang longgar dari bank sentral.
Inflasi memiliki dampak yang luas terhadap perekonomian, di antaranya:
-Daya Beli Menurun: Inflasi mengurangi daya beli masyarakat karena harga barang dan jasa meningkat.
-Ketidakpastian Ekonomi: Inflasi yang tinggi dan tidak stabil menciptakan ketidakpastian ekonomi yang dapat menghambat investasi dan pertumbuhan ekonomi.
-Redistribusi Pendapatan: Inflasi dapat mendistribusikan pendapatan dari pemberi pinjaman kepada peminjam, karena nilai riil utang menurun.
-Efek pada Suku Bunga: Bank sentral mungkin menaikkan suku bunga untuk mengendalikan inflasi, yang dapat meningkatkan biaya pinjaman dan memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Salah satu contoh kasus inflasi yang signifikan di Indonesia terjadi pada periode 2013-2014. Beberapa faktor penyebab inflasi pada periode tersebut antara lain:
1. Kenaikan Harga BBM: Pada pertengahan 2013, pemerintah Indonesia menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi sebagai bagian dari reformasi fiskal. Kenaikan harga BBM ini langsung memicu kenaikan harga barang dan jasa lainnya karena biaya transportasi dan produksi meningkat.
2. Kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL): Pada tahun 2013, pemerintah juga menaikkan tarif dasar listrik secara bertahap, yang berkontribusi pada kenaikan biaya produksi dan harga barang serta jasa.
3. Tekanan dari Faktor Eksternal: Pada periode yang sama, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah, yang meningkatkan biaya impor bahan baku dan barang jadi. Hal ini turut mendorong inflasi.
4. Kondisi Cuaca: Cuaca buruk dan bencana alam yang terjadi pada periode tersebut juga mempengaruhi produksi pertanian, mengurangi pasokan pangan, dan mendorong harga pangan naik.
Dampak dari kombinasi faktor-faktor tersebut membuat laju inflasi di Indonesia pada 2013 mencapai sekitar 8.38%, jauh lebih tinggi dibandingkan target inflasi Bank Indonesia yang berada di kisaran 3.5% - 5.5%. Kenaikan inflasi ini mempengaruhi daya beli masyarakat dan memicu ketidakstabilan ekonomi jangka pendek.
Untuk mengendalikan inflasi, pemerintah dan bank sentral Indonesia, yaitu Bank Indonesia, mengambil beberapa langkah:
1. Kebijakan Moneter Ketat: Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) untuk menekan permintaan agregat dan menurunkan tekanan inflasi.
2. Pengendalian Harga Pangan: Pemerintah berupaya memastikan ketersediaan pangan dengan mengatur stok dan distribusi pangan pokok, serta melakukan operasi pasar untuk menstabilkan harga pangan.
3. Stabilisasi Nilai Tukar: Intervensi di pasar valuta asing dilakukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan mengurangi volatilitas yang bisa mempengaruhi inflasi impor.
4. Reformasi Subsidi: Pemerintah melanjutkan reformasi subsidi dengan penyesuaian harga BBM dan listrik yang lebih terencana untuk mengurangi dampak inflasi jangka panjang.
Kesimpulannya Inflasi ini merupakan tantangan ekonomi yang kompleks dengan dampak luas bagi perekonomian. Pemahaman yang mendalam tentang penyebab dan dampaknya sangat penting bagi pembuat kebijakan dalam merumuskan langkah-langkah yang efektif untuk menjaga stabilitas harga dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Contoh kasus inflasi di Indonesia pada 2013-2014 menunjukkan betapa beragam faktor dapat mempengaruhi inflasi, dan bagaimana kebijakan yang tepat dapat membantu mengendalikannya.