Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Jika Jokowi Gagal, ke Manakah Langkah Selanjutnya?

23 April 2012   18:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:14 3865 12

Sebagai Penulis Saya hanya ingin menuliskan apapun yang ingin Saya tulis, mengkaji apa yang perlu Saya kaji. Saya tidak ingin menjelekkan siapapun sebagaimana sebagian dari Pembaca sebutkan dibeberapa tulisan, Sampai ada yang ingin membunuh, Menterordengan berbagai ancaman Via SMS, jika tidak sependapat Anda boleh membuat tulisan dengan tema yang sama dengan sudut pandang yang berbeda.

Ada hal yang menarik perlu Saya sampaikan dalam Pilkada Jakarta di tulisan Saya kali ini, Jika di Tulisan Sebelumnya Saya mencoba mengkaji kemiripan Proses Pilkada Jakarta dengan Pilkada Jawa Barat, kali ini Saya akan mencoba mengkaji kemiripan calonnya, Untuk yang pertama Saya sajikan adalah Kemiripan Partai Pengusung untuk Calon Populer, Saya tidak mengerti mungkin PDIP sengaja mencalonkan Gubernur yang Populer saja, Di Jawa Barat tahun 2008 PDIP Memilih Agum Gumelar dan untuk DKI Jakarta tahun 2012 ini PDIP memilih Joko Widodo (Jokowi) sebagai kandidat yang akan bertarung nanti. Keduanya ini memiliki modal yang sama yaitu KEPOPULERAN. Kepopuleran Agum Gumelar karena seorang Kopasus, Pernah jadi Menteri dan Ketua Umum PSSI sama populernya dengan Jokowi yang memimpin Kota Solo dan Usaha-Usaha yang dibangunnya.

Baiklah, ada hal lain yang menarik untuk disampaikan kepada Pembaca bahwa ternyata PDI P awalnya bimbang untuk mencalonkan kadernya ke Pilkada Jabar tahun 2008 yang lalu, sebagaimana diberitakan bahwa kader PDI Perjuangan Jawa Barat kecewa dengan keputusan DPP PDIP yang memutuskan Agum Gumelar padahal Kader PDIP memilih untuk mencalonkan Rudi Harsa Tanaya.

Antara News dalam laporannya memberitakan bahwa Sebagian kader DPC PDIP kabupaten/ kota di Jawa Barat kecewa dengan keputusan dukungan untuk Agum - Nu`man karena mereka tetap berharap bisa mengusung paket Agum - Rudi Harsa. Kekecewaan itu terlihat dalam pertemuan dengan Agum Gumelar di Sekretariat PDIP Jabar. Sebagian pengurus DPC PDIP memilih keluar dari ruang pertemuan itu.Agum sendiri hanya berada di Sekretariat PDIP sekitar 20 menit dari pukul 18.30 WIB hingga pukul 18.50 WIB. Suasana cukup tegang karena beberapa anggota DPC emosional untuk menerima perubahan SK dari DPP PDIP itu. (Antaranews.com)

Kondisi ini ada kemiripan dengan pencaloan Joko Widodo (Jokowi) untuk PILKADA DKI JAKARTA, PDIP Bimbang untuk memutuskan apakah akan mencalonkan Jokowi atau kader Internal PDIP Adang Ruchyatna.

Dalam berita yang diturunkan Tribun News dinyatakan bahwa mereka yang kurang 'sreg' mendukung pencalonan Jokowi maju dalam pertarungan DKI I, argumentasinya juga tak kalah hebat. PDI-P, harus belajar dari kemenangan mendukung duet Ratu Atut dengan Rano Karno dalam Pilgub Banten beberapa waktu lalu. Keduanya menang telak (Tribunews.com)

Tahun 2008, setelah PDIP mengumumkan Agum Gumelar – Nu’man A Hakim banyak pengamat mempertanyakan keputusan PDIP tersebut dan terkesan DPP PDIP terlalu arogan dalam memberikan keputusan terhadap kepemimpinan di daerah, hal ini bisa menyebabkan akan dukungan setengah hati para kader di akar rumput dan terbukti dengan gagalnya Agum Gumelar dalam pemilihan Gubernur pada tahun 2008 yang lalu, hal inipun terjadi sama dengan Pemilihan Jokowi-Ahok, banyak pengamat mengatakan bahwa DPP PDIP melakukan blunder dan membuat kader PDIP di Jakarta kecewa walaupun menurut mereka tetap akan memberikan dukungan.

Berita PELITA ONLINE memberitakan pendapat Direktur Eksekutif 7(Seven) Strategic Studies Mulyana Wirakusumah bahwa Partai yang diketuai Megawati Soekarno Putri itu bahkan bukan mustahil menjadi 'bunuh diri politik'. Sebab apa yang diputuskan tanpa persiapan memadai dengan kualifikasi yang meragukan untuk memimpin pemerintahan ibu kota ke depannya. Menurut Mulyana, Gubernur Jakarta ke depan selain harus memiliki kapasitas teknoratik dan birokratik, juga memerlukan figur yang teruji secara politik dan diakui luas memiliki leadership , "(Jakarta) berbeda dengan kepemimpinan lokal biasa," kata mantan anggota Komisioner KPU ini sebagaimana Pelita Online beritakan.

Menanggapi tulisan Saya “Soal Pilkada DKI Jakarta, Anda Boleh Tidak Percaya Dengan Analisa Ini”, Alex Indra Lukma Ketua DPD PDIP Provinsi Sumatra Barat menyatakan bahwa Ada perbedaan antara Pilkada Jabar dan DKI Jakarta, Di Jakarta Kader Solid Mendukung Jokowi.

Perlu Di Ingat Bahwa kondisi awal dari Pemilihan Agum Gumelar oleh DPP PDI-P penuh dengan kebimbangan dan demikian pula dengan pemilihan Jokowi, terjadi ketidak setujuan antara apa yang diusulkan DPP dengan kader-kader di daerah. Bisa jadi Simpatisan yang tidak setuju ini akan mengalihkan suaranya ke Pasangan Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli atau ke Pasangan Faisal Basri – Biem Benyamin atau Hendardji - Reza.

Ada satu persoalan yang perlu Saya sampaikan dalam penutup tulisan ini bahwa Semua Kandidat Pilkada DKI Jakarta harus legowo jika ternyata kalah dalam pertandingan Pilkada Juli 2012 mendatang, jangan sampai berdarah-darah dan tidak menerima hasil Pilkada. Soalnya ini pernah terjadi dibeberapa tempat salah satunya di Jawa Barat tahun 2008 PDI Perjuangan bersama Calon Guberburnya Agum Gumelar – Nu’man A Hakim tidak menerima hasil Pilkada Jabar, Suara Karya memberitakan bahwa Agum Gumelar tidak mau menandatangani hasil Pemilu Jabar 2008, ini juga harus jadi pelajaran berharga untuk semua Kandidat Pilkada DKI Jakarta termasuk Pasangan Jokowi-Ahok untuk menerima hasil Pilkada dengan lapang dada walaupun kalah nantinya.

Jika Agum Gumelar Sukses Di Jendralnya, Menteri dan Ketua PSSI nya. Tetapi gagal di Calon Wakil Presiden dan Calon Gubernur DKI Jakarta, Apakah Jokowi mengikuti jejak Agum? Sukses Memimpin Solo dan Jadi Pengusaha, Akankah Gagal Di Pilkada Jabar. Kalau Gagal Kemana? Prediksi Saya PDIP menyiapkannya untuk Capres 2014. Bisa juga Menjadi Calon Gubernur DKI Jakarta untuk mendongkrak Kepopuleran Jokowi untuk tujuan yang sesungguhnya yaitu Calon Presiden, hal ini bisa terlihat di beberapa account Twitter Jokowi 2014 :

Sumber (Sumber Kemiripan Kisah Agum Gumelar & Joko Widodo)

Tentang PDI-P Dan Agum Gumelar

Kekecewaan Kader PDI P membuat dukungan tidak penuh, memilih untuk tidak memilih

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun