Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Apakah dengan Gelar Pahlawan Gusdur Jadi Lebih Terhormat?

10 November 2011   03:45 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:51 452 9
[caption id="attachment_142752" align="alignleft" width="293" caption="Alm KH Abdurrahman Wahid (Gusdur)"][/caption]

Menjelang Hari Pahlawan Nasional, ada beberapa yang meminta Alm KH Abdurrahman Wahid (Gusdur) menjadi pahlawan Nasional, dari tahun ke tahun selalu itu saja yang menjadi isu dari kalangan yang berkepentingan, pertanyannya adalah apakah Gusdur berkepentingan dengan gelar tersebut? Atau ada orang-orang yang disekitarnya yang berusaha memanfaatkan untuk kepentingan politik sesaat? Kemudian apakah dengan gelar Pahlawan Gusdur akan menjadi Lebih Terhormat? Sungguh menggelikan. Untuk menjadi bahan renungan kita semua, saya ingin menguraikan sedikit tentang makna kepahlawan itu sendiri, saya ingin katakan kepada kita semua bahwa Pahlawan Bukan Gelar Kehormatan, mengapa Anda tergila-gila dengan sebutan Pahlawan? Untuk lebih dalamnya saya akan uraikan berikut ini

Pembaca, Kita tidak pernah tahu bahwa banyak orang yang menjadi pahlawan dalam hidup kita, bahkan pahlawan itu diri Anda sendiri. Tetapi Anda mencoba mencari alasan bahwa Anda hanyalah seorang manusia saat Anda diingatkan tentang hal ini, ketika Anda sadar bahwa begitu banyak orang di sekitar Anda yang telah Anda lupakan, dan perlu Anda ketahui bahwa mereka begitu berjasa untuk diri Anda.

Jika kita melihat penguasa-penguasa zalim berkuasa dan mereka lupa dengan jasa para pahlawan kita yang akhirnya menjadikan istri mereka menjadi janda hanya karena syahid membela diri dari penjajahan, menyelamatkan aqidah dari penjajah yang merusak aqidah. Tetapi kini anak cucunya melupakan mereka, anak cucunya adalah kita semua dan diantara kita ada yang menjadi penguasa negeri ini dari jaman ke jaman telah menjadi penjajah untuk bangsanya sendiri, mereka lupa bahwa Negeri ini dibebaskan dari penjajahan bukan dengan retorika omong kosong saja, tetapi dengan darah, membuat anak mereka menjadi yatim dan istri mereka menjadi janda.

Penguasa Zalim ini membenci bangsanya sendiri yang dalam pandangan mereka bangsanya dalam kondisi miskin dan memalukan sehingga mereka memperkaya diri dengan menguras harta rakyat, menjual asset Negara puluhan tahun, hanya untuk dibilang kaya dan dipandang sukses memberikan pembangunan guna mengisi kemerdekaan.

Perilaku mereka itu tak ubahnya seperti ada orang Buta yang membenci dirinya sendiri karena kebutaaanya. Tidak hanya terhadap dirinya sendiri, tetapi dia juga membenci semua orang kecuali kecuali kekasihnya. Kekasihnya selalu ada disampingnya untuk menemani & menghiburnya. Dia berkata akan menikahi kekasihnya hanya jika dia bisa melihat dunia. Dia berjanji jika dia bisa mengoperasi matanya maka dia akan mempersunting kekasihnya saat ini, betapa bahagialah kekasihnya yang saat ini bersamanya.

Suatu hari, ada seseorang yang mendonorkan sepasang mata kepadanya sehingga dia bisa melihat, termasuk kekasihnya. Kekasihnya bertanya, "Sayang, Sekarang kamu sudah bisa melihat dunia, Apakah kamu mau menikah denganku?" Pria Buta itu terguncang saat melihat bahwa kekasihnya ternyata seorang wanita buta. Dia menolak untuk menikah dengan kekasihnya. Kekasihnya pergi dengan air mata mengalir, kemudian menulis surat singkat kepada pria itu, "Sayangku, tolong jaga baik-baik bola mataku yang kini ada padamu."

Masya ALLAH, Kisah di atas memperlihatkan bagaimana pikiran manusia berubah saat status hidupnya berubah. Hanya sedikit orang yang ingat bagaimana keadaan hidup sebelumnya, lebih sedikit lagi yang ingat terhadap siapa yang harus berterima kasih karena telah menyertai & menopang bahkan di saat yang paling menyakitkan.

Tidak ubahnya dengan pejabat-pejabat di Negeri ini, yang lupa segalanya, saat statusnya hanya ketua LSM, Ketua Gerakan, Pimpinan Demonstrasi bersuara keras membela hak rakyat, rakyat adalah satu-satunya kekasihnya yang akan dia bela jika dia nanti menjadi pejabat negeri ini. Tetapi, ketika rakyat yang merasa bahagia dengan pembelaannya mendukung dan memilihnya menjadi pejabat politik negeri ini, dia lupa dengan keringat dan darah rakyat yang mendukungnya, bahkan mereka meludah kepada pengemis-pengemis jalanan, mereka menjadi penjajah baru atas rakyatnya sendiri.

Untuk Saudaraku yang merasa terzalimi dan seakan-akan Anda tidak menemukan lagi Pahlawan hari ini, ketahuilah bahwa banyak pahlawan-pahlawan yang tidak kita sadari ada disekitar kita, karena sesungguhnya Pahlawan itu bukan gelar kehormatan, bukan karena jadi presiden mereka adalah pahlawan, dan pahlawan-pahlawan kita yang dulu wafat di medan perang bukan karena wafatnya mereka menjadi pahlawan, tetapi Pahlawan itu adalah ETOS KECINTAAN TERHADAP SESAMA. Etos Cinta adalah bentuk tanggungjawab kita meraih Ridho ALLAH Swt.

Selamat Hari Pahlawan Kawan…

Jangan Berharap Kepada Apa, Berharaplah Kepada Siapa Membuat Apa Menjadi Nyata.

Jadilah Pahlawan Untuk Dirimu Sendiri.

Bandung, 10 Nopember 2011

Ahmad Muhammad Haddad Assyarkhan (Adi Supriadi)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun