4 Maret 2011 02:18Diperbarui: 26 Juni 2015 08:058691
by Ir. Ade Muhammad, M.Hanhttp://indonesiadefenseanalysis.blogspot.com/AbstractThe paper presents a concept of the application of balloon based vehicle to become surveillance and radar early warning system, submarine hunting for the national security purposes.The design is format of rhomboidal balloon box with dome shape gondola under and disc radome above, with ducted fan in the right and left tip also additional ducted fan in the tail section.The helium gas is the prime option of fillings the balloon, but hydrogen gas also the secondary optional because it’s lower cost. With the additional four cylinders ballonet on each sides of the prime rhomboidal balloon box to enhanced the manoeuvrability, with dynamic gas filling system.The type of this platform is a rigid airship, with outer shell by a composites radar absorbed material and flexible strength ballonet inside.AbstrakPaper ini memberikan konsep dari aplikasi wahana berbasis balon udara untuk dijadikan pengintai, radar peringatan dini, pemburu kapal selam untuk kepentingan keamanan nasional.Format dari desain adalah balon belah ketupat dengan gondola parabolic terbalik dibawah dan kubah pipih diatasnya, dengan mesin ducted fan dikanan kiri dan depan belakang wahana.Gas Helium adalah pilihan utama dari balonet, namun gas Hidrogen juga menjadi pilihan lain yang lebih murah. Dengan tambahan empat silinder balonet pada tiap tiap sisi balonet utama, untuk meningkatkan manuver dengan sistim pengisian gas dinamik.1. Pendahuluan Bajak Laut Selat Malaka telah menempatkan Indonesia pada urutan 1 selama beberapa tahun terakhir, sebelum Somalia mengambil alih pada tahun 2008 (International Maritime Bureau – Piracy Reporting Center 2008). Masalah perbatasan yang sangat panjang sekitar 2914,1 km, dimana terdapat 10 negara yang berbatasan laut dan 3 negara yang berbatasan darat (Reformasi Sistem Manajemen Perbatasan Indonesia - Dephan) dan harus diawasi serta masalah lingkungan seperti kebakaran hutan yang pada kurun 1997-98 saja, diestimasikan sekitar 10 juta hektar lahan yang rusak atau terbakar, dengan kerugian untuk Indonesia terhitung 3 milyar dollar Amerika. Kejadian ini sekaligus melepaskan emisi gas rumah kaca (GRK) sebanyak 0,81-2,57 Gigaton karbon (WWF-Indonesia), penggundulan hutan yang sangat liar dan meluas, ini semua membutuhkan wahana untuk dapat mendeteksi sedini mungkin dan melakukan respon seketika sebelum menjadi masalah yang berlarut. Paper ini akan memperlihatkan bagaimana mencari solusi dengan melakukan langkah langkah sistimatika inovasi teknologi. Yang akan menghasilkan sebuah solusi konseptual.2. Latar Belakang Apakah mungkin didapatkan wahana intai yang dapat; berjalan lamban dan mengapung diudara, beroperasi pada ketinggian stratosferdan troposfer yang mempunyai waktu intai yang cukup lama dan harga yang terjangkau?Tren Doktrin Dunia adalah Superioritas Udara (AIR-TO-AIR FORCE’S DOCTRINE AND TRAINING FOR AN AIR OCCUPATION 1997 –The Research Department US Air Command and Staff College), yaitu mencapai penguasaan penuh pada wilayah udara terlebih dulu, sebelum penguasaan pada wilayah perairan dan daratan. Dimana kemampuan awalnya adalah Superioritas pada kemampuan intai strategisnya. Artinya bukan hanya mengandalkan radar serta sensor di permukaan saja, namun juga pada radar, sensor dan optik elektronik yang bisa beroperasi di udara dan ketinggian optimum. Disisi lain, ada sebuah fenomena wahana balon udara berpendorong yang dikenal sejak 1930-an. Graaf Zeppelin adalah salah satu pelopornya, dengan wahana Hindenburg. Sejak saat itu wahana balon udara berpendorong ini menjadi fenomena tersendiri, apalagi ketika GoodYear memproduksi serial balon udara nya sendiri untuk kepentingan iklan. Wahana ini dikenal juga dengan sebutan “BLIMP” (US War Department, Airship Aerodynamics: Technical Manual, (1941) 2003). Paper ini akan mengaplikasi fungsi dari Pengintai tak Berawak pada Wahana “Blimp” ini dan berikut adalah langkah langkahnya.3. Analisis Konseptual3.1 Kebutuhan Sebuah wahana yang dapat terbang lamban, melayang di udara dalam jelajah jangka waktu seminggu sampai 10 hari di ketinggian antara stratosfer dan troposfer dan dapat melakukan kegiatan intai elektronika serta optic-elektronika serta nir-awak yang dapat dikendalikan dari jarak jauh dalam cuaca berangkat dan kembali yang tenang.3.2 KonteksSyst. On InfluenceWider SOIEnvironmentEnvironmentDirect control direct influence indirect influence macro EnvSystem personnel logistic, support policy, strategy political decisionSkenario Skenario Normal Perkembangan PengecualianOperationIntai Angkasa rutinIntai Angkasa khususIntai – jarak terlalu jauh dan butuh waktu cepatThreats actorsBajak Laut, Penyelundup, Gerilyawan, Kerusakan Hutan. Objek Angkasa tak-DikenalPesawat Tempur, Peluru Kendali, Deteksi Kapal Selam, Pergerakan PasukanObyek Tempur tak-terdeteksi (Teknologi Siluman)Take-off/Landing SituationCuaca TenangCuaca BurukBadai dan Angin TopanRoutesPangkalan – Rute rutin – PangkalanPangkalan – Rute rutin – Rute tambahan - PangkalanPangkalan – Rute Jelajah – Pangkalan Aju – Rute Baru – Pangkalan Aju – Rute Jelajah kembali – PangkalanControl coverageLine Of Sightdan Relay SateliteSatelite Relay – Kontrol MobilKendali otomatik ketika hilang controlProtectionPasif – Tipuan elektronikaAktif – menembakkan kanon dan memanggil pesawat tempur untuk menghalau pesawat tempur musuhLemah pada serangan pesawat tempur berteknologi silumanSituationRolePasca Konflik / DamaiDeteksi Radar permukaan / udara, pengintaian optik-elektronikAwal Konflik / Konflik(+) Deteksi sonar untuk kapal selam, pertahanan aktif terbatas, RelayTelekomunikasi,Konflik Berat(+) modifikasi untuk tugas tugas khusus sepertiJammingTelekomunikasi / Elektronika3.3 Kemampuan yang diharapkan Mampu melakukan jelajah dengan kecepatan maksimum 200 km/jam pada ketinggian maksimum 10,000 m dengan jarak operasi 1,000 km mempunyai bobot maksimal 1 ton kemampuan deteksi radar 200,000 km², sonar deteksi kapal selam dan 100,000 km² cakupan pengamatan visual per hari, serta kemampuan operasional setidaknya 7 hari non-stop.3.4 Permintaan Desain Sistim3.4.1 Sistim Apung UdaraTabel Helium(Balloon Lift with Lighter than Air Gasses)Lift of Helium BalloonsDia. Ft. Vol. l Lift gr. Lift Lbs. 1 14.83 15.2 0.03 2 118.62 121.7 0.27 3 400.34 410.9 0.91 4 948.96 973.9 2.15 5 1853.45 1902.2 4.19 6 3202.76 3287.0 7.25 7 5085.86 5219.7 11.51 8 7591.72 7791.5 17.18 9 10809.30 11093.7 24.46 10 14827.58 15217.7 33.55 11 19735.50 20254.8 44.65 12 25622.05 26296.2 57.97 13 32576.18 33433.3 73.71 14 40686.87 41757.4 92.06 15 50043.07 51359.8 113.23 16 60733.75 62331.8 137.42 17 72847.88 74764.7 164.83 18 86474.42 88749.8 195.66 19 101702.34 104378 230.12 20 118620.61 121741 268.40 21 137318.18 140931 310.70 22 157884.03 162038 357.24 23 180407.11 185154 408.20 24 204976.41 210369 463.79Sehingga rasio daya angkat 1 gr = V He / berat beban terangkat (1) = 14.83 / 15.2 = 0.9756579 ltr Helium (1)Tabel Hidrogen(Balloon Lift with Lighter than Air Gasses)
Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda.