Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Lima Bab

19 Februari 2014   04:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:41 33 0
Ada salah satu ungkapan yang pernah saya baca di sebuah media: Jawa adalah masa lalu, Sumatra adalah masa kini, dan Sulawesi adalah masa depan. Sekilas, ungkapan ini terasa lucu karena seperti melupakan Kalimantan atau Papua misalnya, sebagai potongan besar dari Indonesia yang juga memiliki peluang untuk menjadi masa depan selain Sulawesi.

Namun, mari kita tinggal paragraf pertama.

Menuju paragraf kedua, atau barangkali lebih tepat menuju bab kelima? Bagaikan sebuah rangkaian tulisan, tugas saya di Sulawesi kini telah memasuki bab ke lima. Bab pertama hingga ketiga telah saya tuntaskan di punggung pulau Sulawesi, tepatnya di kota Mamuju.

Ibukota propinsi Sulawesi Barat ini jelas menjadi awal yang berat. Berjarak 10 hingga 12 jam perjalanan darat dari Makassar, menuju ke sana merupakan petualangan tersendiri bagi saya yang seumur-umur menginjak Madura saja belum pernah. Satu hingga dua bulan pertama disana benar-benar perwujudan nyata dari ungkapan 'makan tak enak, tidur tak nyenyak'. Berjauhan dengan keluarga, sarana listrik yang mati 3 kali sehari, kantor yang masih kontrak sebuah ruko di tengah pasar, dan berbagai kesulitan lainnya adalah rangkaian tantangan yang harus dihadapi. Namun, seiring berjalannya waktu semua kemudian menjadi sesuatu yang musti saya nikmati. Banyak kenangan yang saya alami dan persahabatan yang menghangatkan hati di sana. Seluruhnya sangat berharga.

Kemudian bab berikutnya saya tulis di Makassar. Andai sebuah game, jika Mamuju level yang berat, maka Makassar seperti level bonus yang lebih mudah. Pulang ke rumah untuk bertemu dengan keluarga menjadi lebih singkat dan terjangkau, belum lagi keramaian yang setara kota-kota besar di pulau Jawa. Maka sejak April 2012 saya mulai menulis bab keempat. Bab ini ditulis dalam kapasitas pekerjaan yang berbeda dan kadar tantangan yang berbeda pula. Di sini mata saya lebih terbuka lagi akan potensi dan keindahan bumi Sulawesi. Pekerjaan membuat saya berkesempatan menjangkau area-area yang sebelumnya belum pernah saya ketahui dan mata saya terbuka lebih lebar lagi.

Indonesia - sekali lagi - adalah negeri yang cantik dan kaya.

Mamuju, Polewali, Majene, Pare-Pare, Makassar, Gowa, Kolaka, Bone, Palopo, Luwu, Jeneponto, Bantaeng, hingga Bulukumba adalah serangkaian permata yang menggetarkan hati dengan masing-masing pesonanya. Saya sangat bersyukur berkesempatan mengenali dan mengakrabi itu semua.

Setelah lima tahun, dua kantor, beribu kesempatan, dan tak ternilainya pengalaman yang terbentuk diantaranya, maka bab ini akan segera saya akhiri. Diakhiri bukan berarti untuk selanjutnya diabaikan sebab pulau ini akan selamanya menjadi bagian dari hidup saya dan saya akan senantiasa merindukannya.

Bersiap untuk menuliskan bab yang baru. Bismillah.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun