Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Tentang Hari-hari Ini

1 Maret 2021   20:49 Diperbarui: 1 Maret 2021   21:24 124 5
Pukul 23, hampir tengah malam.
Jari jari arloji terus menari.
Tak ketemu. Tak berhenti.
Mereka adalah jengah suara ketidaktahuan yang mengadu.

Kelemahan kelemahan bisa jadi adalah kelebihan kelebihan. Tak ada rumus. Tak ada yang tahu. Alangkah ringan kita menerka di atas tulisan! Titah mereka adalah pesta pora yang membuat gaduh. Jadilah Engkau si pemarah. Yang selalu kalah.

Kau coba mengintip mata purnama sekali lagi.
Masih sama tak berubah. Seperti kesunyian mu yang usang. Kau meredah, katamu setidaknya ini bukan delusi. Ia selalu mengasihani kita.

Sebagai pemilik malam. Kau protes!
Mereka tahu kesombongan lahir dalam banyak rupa.
Namun mereka membiarkannya menua tanpa syarat. Ingat, sebelum kau menyangkal tiga kali, pagi telah merenggut semuanya.

Tidak, seharusnya, Tidak!
Tak boleh menoleh!
Tak ada tempat bagi ketidakpastian, itu kesiaan belaka. -Pergilah sadar.

Sungguh, benar, cahaya adalah satu satunya ketenangan.
Kau ingin membasuh kening mu sekali lagi.
Urat saraf mu telah memerah. Membengkak di atas permukaan kulit. Kau takjub.

Kita semua pandai membunuh batin sendiri.
Bertanya untuk hal-hal yang sepele, yang sangat remeh.
Kitalah Ketiadaan cahaya itu.
Telanjang dan berulang sepanjang musim.

Kau terdiam, menarik nafas sesekali.
Di sanalah jalan-jalan itu terbentang.
Mata mu terus bercerita. Tentang kehidupan juga kematian. Tentang hari hari ini. Kita terus melintasinya.

Soe, 01/03/18

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun