Mohon tunggu...
Drs. Komar M.Hum.
Drs. Komar M.Hum. Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Al-Izhar dan Fasilitator Yayasan Cahaya Guru

Berbagi dan Menginspirasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ngopi Satu: Ngobrol Pendidikan Santai dan Bermutu

5 September 2019   15:04 Diperbarui: 11 September 2019   07:25 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ngobrol merupakan aktivitas yang sangat digemari oleh semua kalangan, tua -muda, laki-laki perempuan, rakyat jelata - para petinggi negeri, para pekerja - hingga konglomerat kelas kakap. Karena bersifat dua arah, maka dalam aktivitas ngobrol semua pihak memiliki posisi setara, dan bisa menggali informasi atau menyanggah pandangan pihak lain tanpa ada rasa sungkan. 

Itulah yang dilakukan oleh Socrates (469 SM- 399 SM) dalam memperluas wawasan dan menggali kesadaran filosofis masyarakat. Ia berkunjung ke pasar, taman-taman kota dan tempat warga Athena berkumpul untuk berdialog atau ngobrol, tanpa ada tendensi menggurui atau menganggap dirinya paling tahu dan paling bijak. 

Socrates berupaya membantu proses kelahiran wawasan dan kebijaksanaan dari orang-orang yang dia ajak dialog, sehingga metodenya disebut "metode bidan". Oleh karena itulah, forum ini menggunakan metode ngobrol untuk berbagi apapun yang bisa meningkatkan kualitas pendidikan.

images-jpeg-2-5d70fa8b097f3633c34de912.jpg
images-jpeg-2-5d70fa8b097f3633c34de912.jpg
Pada suatu pagi yang cerah di sudut sekolah, disemarakan oleh kopi hangat dan panganan renyah, terjadilah obrolan menggunggah dari orang-orang biasa yang punya kepedulian pada nasib bangsanya,  kini dan mendatang. Tema obrolan seputar dunia pendidikan karena memang pesertanya adalah para guru yang sedang berupaya membongkar pandangan-pandangan umum yang selama ini berlaku dan merekonstruksi apa yang bisa dilakukan bersama agar kondisi bisa menjadi lebih baik. Untuk memudahkan alur dialong, sebut saja ketiga tokoh imajiner ini namanya Ali, Lia, dan Ila. Berikut ini narasi obrolannya.

Ali  :     Saya sangat prihatin dengan kualitas pendidikan di Indonesia yang masih tertinggal bahkan dari negara-negara tetangga kita di Asia Tenggara sekalipun. Tentu saja setiap kita punya andil dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan ini sesuai kapasitas dan peran masing-masing. Namun, sebenarnya siapa sih yg paling menentukan kualitas pendidikan?

Lia :     Pertanyaan yang sangat menantang. Tapi, bisakah dipertajam supaya lebih fokus dan mudah menjawabnya?

Ali  :     Maksudnya?

Ila  :     Owh. Saya paham. Bagaimana jika pertanyaannya begini, siapa yang menentukan kualitas pembelajaran di kelas?

Lia :     Nah itu yang saya maksud. Pertanyaan yang sudah dirumuskan dengan baik, mengandung 50% solusi, karena di dalamnya terkandung benih-benih jawabannya.

Ali  :     Saya tahu jawabannya, pasti guru, karena guru ibarat konduktor pada sebuah pementasan orchestra yang sangat menentukan sukses tidaknya pertunjukan tersebut.

Ila  :     Tapi menurut saya itu terlalu menyederhanakan masalah. Bukankah selain guru, ada beberapa faktor lain yang juga menentukan? Bagaimana dengan peran kepala sekolah, kebijakan lembaga, kurikulum, kualitas murid, sarana dan prasarana? Jadi tidak bisa guru menjadi faktor satu-satunya dalam menentukan kualitas pembelajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun