Mohon tunggu...
uci ayu
uci ayu Mohon Tunggu... Novelis - penulis

mimpi yang membuatku bertahan mimpi menjadi penulis.......

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Budaya Antihoaks dan Wajah Damai Pendidikan

15 Maret 2019   21:04 Diperbarui: 15 Maret 2019   21:30 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Batas antara kejujuran dan ketidakjujuran di era ini tipis sekali. Hal-hal terkait ketidakjujuran yang diperlihatkan setiap hari, diperdengarkan setiap hari, dibicarakan setiap hari, lambat laun bisa menjadi hal yang seolah nyata. Kemudian, demi mencari salah dan benar menjadikan seseorang berdebat tanpa henti. Kadangkala manusia terdidik yang menggebu mencari kesalahan menjadi nampak tidak terdidik.

Ketika kita membahas mengenai budaya. Kita tidak hanya berbicara mengenai tari tradisional, pakaian adat, maupun lagu daerah. Namun, kita juga membahas budaya sebagai suatu cara hidup yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Bagaimana mewujudkan kemajuan bangsa? Salah satunya dengan memperkukuh budaya dan pendidikan. Budaya untuk peka terhadap hoaks dapat menyelamatkan wajah pendidikan di Indonesia. Jika pendidikan sudah selamat, bangsa ini akan cepat bergerak maju dan sumber daya manusianya dapat bertumbuh maksimal.

Sebelum menyebarkan dan mengonsumsi hoaks menjadi budaya, Indonesia harus berbenah. Salah satunya, lewat pendidikan yang mendamaikan. Manusia, seberapa terdidik pun mereka akan mudah dibawa prasangka. Tidak ada lagi wajah pendidikan yang damai, ketika mereka yang terdidik begitu saja memercayai hoaks.

Hoaks bukan sepele, bukan soal remeh temeh. Ini adalah masalah budaya dan perubahannya. Berapa banyak negara yang lantas memercayai begitu saja hoaks dan terus memproduksi hoaks secara berlebih menjadi negara yang hancur, negara yang barbar, dan negara yang tidak memiliki wajah damai.

Melawan hoax adalah kampanye bersama, upaya bersama kita dalam merawat akal sehat. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menyebutkan sebanyak 143,26 juta dari total 262 juta orang Indonesia kini sudah bisa mengakses internet. Dari 143,26 juta orang pengguna Internet di Indonesia tersebut, 49,52 persen di antaranya adalah orang muda, usia sekolah. Bayangkan jika sebanyak itu anak-anak usia sekolah yang terlalu sering dijejali hoaks? Wajah pendidikan kita akan makin suram. Penting kiranya upaya yang nyata dan sungguh-sungguh agar sekolah, pendidikan bisa bebas dari hoaks, apapun bentuknya. 

Jika dahulu pepatah bijak menyatakan "mulutmu, harimaumu", pepatah ini menjadi punya tandingan masa kini, yaitu "jarimu, harimaumu". Jika mulut dirasa tajam dalam dunia nyata, di dunia maya, jari, cuitan, juga status bagaikan pisau bermata dua yang siap membuat seseorang bisa menemukan surga sekaligus melangkah ke neraka.

Media sosial di era ini menjadi pasar. Apapun bisa ditemukan di pasar media sosial. Mulai dari status bernada kesedihan, belanja online, motivasi, bahkan yang sedang ramai, media sosial dipenuhi ujaran kebencian dan beredarnya berita palsu atau hoaks, nyaris setiap hari, silih berganti, dan bertebaran mencari korban.

Adakah warga terdidik dalam pendidikan yang zaman ini tak tersentuh media sosial? Remaja, siswa sekolahan, bahkan guru, semuanya aktif di media sosial. Apa jadinya jika pendidikan antihoaks tidak diberikan tidak dibudayakan? Pendidikan akan kehilangan arah. Manusia-manusia yang tadinya terdidik akan menjadi pengonsumsi hoaks berkepanjangan sehingga perihal fakta dan kebenaran menjadi abu-abu.

Pendidikan Indonesia bisa belajar dari apa yang telah dilakukan negara Brazil dalam menciptakan iklim pendidikan antihoaks, sehingga proses pembelajaran bisa berlangsung tanpa intervensi dari pihak manapun.

Meningkatnya jumlah pengakses internet dan media sosial membuat pemerintah di berbagai negara makin kerepotan menanggulangi penyebaran berita palsu atau hoaks. Pemerintah Brasil punya inisiatif menarik yang telah dijalankan sejak Desember 2017: kurikulum anti-hoaks.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun