Semangat pemerataan pembangunan yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo pada dasarnya adalah untuk mewujudkan rasa keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Termasuk warga yang tinggal di Papua.
Selama ini, bentuk nyata dari ketimpangan itu bisa terlihat dari adanya disparitas harga komoditas yang sangat besar antara Indonesia Barat dan Timur. Masyarakat di Papua kerap merasakan kesulitan karena adanya ketimpangan tersebut.
Misalnya, harga semen satu sak di Papua sebelum masa pemerintahan Presiden Jokowi sebesar 1 juta rupiah hingga 2 juta rupiah. Dengan harga setinggi itu, maka laju pembangunan infrastruktur menjadi terhambat. Masyarakat pun juga kesulitan untuk membangun fasilitas rumah atau bangunan lainnya.
Untuk itu, pemerintahan Presiden Jokowi berusaha keras untuk menekan ketimpangan harga tersebut. Berbagai upaya alternatif diterapkan agar harga semen bisa terjangkau di Papua.
Hasilnya, pada tiga tahun masa pemerintahan Presiden Jokowi harga semen bisa turun cukup drastis. Kini harga semen di Papua tinggal 500 ribu rupiah per sak.
Harga semen di Papua bisa turun karena kerja sama dan efisiensi dari setidaknya 4 BUMN yang terlibat dalam distribusi meliputi PT Semen Indonesia, PT Pelindo IV, PT Perusahaan Perdagangan Indonesia, dan PT Pos Indonesia.
Tingginya harga semen di Papua sebelumnya terjadi karena disebabkan oleh terhambatnya distribusi akibat sulitnya transportasi.
Dengan menggandeng empat BUMN di bidang logistik tersebut, biaya distribusi semen diharapkan bisa lebih efisien sehingga harga semen nantinya lebih murah. Sebab, pengiriman akan dilakukan secara terintegrasi melalui jalur darat, laut, hingga udara.
Apa yang dikerjakan oleh pemerintahan Presiden Jokowi untuk menekan harga semen di Papua ini merupakan kelanjutan dari kebijakan sebelumnya yang menyeragamkan harga BBM di seluruh Indonesia, termasuk di Papua.
Inilah bukti keberpihakkan kerja pemerintahan Presiden Jokowi tanpa banyak bicara. Kita pun bisa merasakan manfaatnya sehingga pembangunan bisa lebih merata dan berkeadilan.
