Memaafkan bukanlah sebuah studi ilmiah yang memerlukan penelitian dan bahkan gelar akademik, memaafkan hanya membutuhkan permintaan dari diri kepada hati kita untuk tidak memproduksi emosi secara berlebihan.
Memaafkan sesama manusia tidaklah sulit walau kita tidak mengetahui latar belakang dari perbuatan seseorang yang membuat kita kecewa sekalipun.Â
Namun bagaimana jika kita kecewa tapi kita tidak tahu secara pasti siapa yang membuat kita kecewa, apa contohnya?,Â
Ada yang pernah mengalami keterlambatan ataupun pembatalan penerbangan?Â
Apabila keterlambatannya hanya beberapa jam sudah berhssil membuat kita kesal, bagaimana jika keterlambatannya juga membuat penerbangan koneksi kita selanjutnya terlewati atau membuat kita tidak bisa menghadiri acara penting lainnya?Â
Siapa yang kita harus maafkan, maskapai, bandara atau justru pesawatnya karena lambat mengudara?.
Pertanyaan ini kemudian terbagi lagi, pada bagian apa di maskapai, bandara dan pesawatnya, apakah flight Operation Officer (Flight Dispatcher), konter check-in bandara atau lainnya?.Â
Sebab lain kenapa kita juga tidak tahu siapa yang harus kita maafkan adalah karena dalam banyak kejadian, satu satunya alasan keterlambatan yang sangat kental di telinga kita adalah alasan operasional.Â
Disini sekali lagi kita juga tidak tahu operasional siapa, maskapai, bandara atau pesawat?.Â
Emosi kita terkadang juga kian menumpuk ketika sudah berada di kabin pesawat terutama saat kru kabin hanya melakukan tugas rutinnya saja dengan mengucapkan selamat datang bla bla bla, tanpa ada perkataan maaf (case by case bukan umum).