Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Andai Kartini Diberi Kertas dan Pena atau Smartphone

8 April 2021   08:13 Diperbarui: 8 April 2021   08:20 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tetangga perempuan terlihat menggendong bayi yang baru berusia beberapa minggu. Saat saya bertanya, "Anak siapa ?". Tetangga menyebutkan anak dari anak perempuannya, alias cucunya.

"Loh, kapan nikah?" Tanya saya dalam hati. Nyaris terlontar dari mulut, yang tidak dapat menyembunyikan keterkejutan. Apakah ini gara-gara pandemi Covid-19, semua informasi jadi terlambat sampai ? Apalagi hampir satu tahun lebih tidak ada pertemuan atau kumpulan di RT (Rukun Tetangga) dan jarang melihat anak tetangga tersebut.

(grafis: dosensosiologi.com)
(grafis: dosensosiologi.com)
Padahal yang bersangkutan masih kuliah. Apakah benar dugaan saya, kelahiran anak tetangga ini merupakan kehamilan tidak diinginkan atau tidak direncanakan akibat pergaulan yang kebablasan ?

Saat bertemu dengan ayahnya dalam suasana yang cair. Rasa penasaran saya tidak tertahan, "Wah, sudah jadi kakek." Kemudian dibalas dengan kata-kata yang nadanya antara kecewa dan tidak dapat berbuat apa-apa, "Yo ngonolah. Piye maneh." Artinya, "Ya begitulah, mau gimana lagi."

Bukan hanya dua kasus tersebut yang membuktikan bahwa pernyataan bidan dan catatan Dinas Kesehatan Sleman itu benar. Sebelumnya, beberapa kasus serupa juga telah terjadi.

(grafis: anggiagistia.com)
(grafis: anggiagistia.com)
Dimana peran pendidikan terhadap perempuan? Rasanya akan ada pihak yang merasa sedikit terusik dengan pertanyaan tersebut. Bukankah peran laki-laki juga nyata disini. Kurang fair jika hanya menuntut ketangguhan perempuan agar tidak sampai terjadi hamil sebelum nikah atau kehamilan tidak direncanakan. Bahasa halus untuk menutupi MBA atau Married By Accident. 

Sebagian orang berpendapat, hamil sebelum menikah tidak akan terjadi jika remaja perempuan memiliki sikap tegas untuk menolak, melakukan hubungan seks sebelum menikah.

Ini terkesan tanggung jawab dan beban tertuju hanya pada perempuan. Padahal tidak tertutup kemungkinan pihak laki-laki yang selalu berusaha dan terus mencoba meruntuhkan pertahanan remaja putri. Bekal pengetahuan dan pendidikan perempuan, akhirnya bobol jika godaan bertubi-tubi datang.  Mengapa tidak menyalahkan laki-laki yang terus menerus berusaha meruntuhkan pertahanan perempuan atau remaja putri. Atau remaja pria di desa saya termasuk golongan laki-laki tangguh ?

(foto: digtara.com)
(foto: digtara.com)
Lalu bagaimana pendidikan terhadap perempuan semestinya ? Tetapi jawaban tersebut  sudah terbukti bahwa pola pendidikan terhadap perempuan, selama ini memang tangguh. Manakala mereka sudah memiliki anak dan berkeluarga. Mereka sigap membantu mencari tambahan penghasilan ekonomi keluarga atau suami.

Untuk persoalan yang satu itu bagaimana? Sebab apa yang pernah dikatakan bidan posyandu yang kerap datang ke desa saya itu benar. Walau sudah disampaikan beberapa tahun lalu. Tetap saja ada kasus MBA atau hamil sebelum menikah di desa saya. Duh, kreatif bener. Tiga bulan setelah nikah, sudah punya anak. Rupanya, sudah berkembang budaya nyicil.

Andai Kartini diberi pena dan kertas atau gadget seperti smartphone "di sana". Mungkin berlembar-lembar surat Kartini masih terkirim sampai saat ini. Dan kita akan sibuk scroll ke atas atau swipe ke kanan layar handphone kita. Atau lebih ekstrim cari menu delete, untuk menghapus chat atau tulisan-tulisannya yang di share.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun