Jujur antara daya tarik dan akal sehat saya itu bertentangan dan saling mempengaruhi keputusan. Tetapi saya tetap memutuskan memesan atau membeli mie rebus tersebut secara online. Namun keputusan tersebut bukan berdasarkan selera atau karena daya tarik semata tetapi sudah melewati saran atau pertimbangan akal.
"Jangan kecewa jika nanti wujudnya tidak seperti apa yang dibayangkan," pesan akal sehat saya. "Jangan merasa tertipu jika rasanya tidak sesuai ekspetasi lidah, saat melihat gambar dan saat mencicip atau memakannya," kembali isi kepala mengingatkan.
Manakala pesanan sampai di rumah. Melihat bentuknya langsung ingin tertawa yang kemudian saya alihkan dalam bentuk senyum terimakasih kepada bapak pengantar pesanan makanan online.
Tidak juga sebab akal sehat saya sudah mengingatkan jauh-jauh sebelumnya. Tetapi saya mendapat sesuatu yang baru yaitu kemampuan manipulasi gambar yang begitu sempurna. Sehingga mampu mendorong orang untuk bertindak memesan atau membeli produk.
Maka saya tidak buru-buru menyalahkan produk atau merasa tertipu. Karena sudah terlanjur dibeli, sayang jika tidak dimakan.Â
Giliran lidah yang sejak mula tergoda untuk membuktikan kelezatan sebagaimana rasa yang sudah terpengaruh oleh manipulasi gambar. Setelah dicicip, pedasnya bukan main. Tetapi sayang jika tidak dihabiskan. Soal rasa entah kemana. Sebab mulut repot minta minum berkali-kali karena kepedesan.
Tetapi bukan yang dirasakan, dijumpai atau ditemui sebagai sebuah fakta atau kenyataan. Pada kenyataannya manusia itu mahluk multi dimensional, tidak terbatas dan tidak ingin dibatasi.Â
Jika iklan online mampu membatasi diri maka jangan buru-buru mengatakan pada diri sendiri sudah tertipu. Bisa jadi anda sendiri yang kurang teliti dan kritis terhadap berbagai bentuk tawaran dengan berani mengatakan tidak.