Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Money

Bisnis Minuman Manis, Bobba

11 Maret 2020   09:56 Diperbarui: 13 Maret 2020   05:44 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Melayani pembeli bobba (foto:ko in)

Bisnis bulatan tepung pati kanji dalam gelas plastik berisi air teh bercampur susu dan gula. Terus menggeliat menggoda anak-anak milenial dengan pencitraannya sebagai minuman kekinian yang dijual di pusat perbelanjaan modern atau mall.

Membeli minuman es cendol yang santannya diganti dengan susu kemudian ditambah bahan lainnya. Ditempatkan dalam wadah sekali pakai yang mudah di bawa kemana-mana, saat jalan-jalan di mall. Jika habis tinggal dibuang. Menjadikan es cendol modern atau minuman gelembung, buble tea atau umum disebut dengan bobba. Sebagai gaya hidup anak muda.

Bobba semakin ngetrend manakala namanya berbau luar negeri, internasional sehingga dapat menutupi rasa kurang percaya diri sebagian orang dengan label-label musiman. Seperti bobba menaikkan citra diri orang yang sedang mencari jati diri.

Sebagian remaja diakui atau tidak belum sepenuhnya mampu mengibarkan bendera eksistensi diri. Sehingga perlu pengakuan sepihak dengan cara terlibat pada merek atau produk yang sedang trend di kehidupan sehari-hari. Menjadi trending di dunia maya atau dunia yang penuh dengan bayang-bayang.

Baik sebagai konsumen, menjadi masyarakat yang konsumtif, yang hanya terlibat dalam obrolan sambil lalu tentang bobba. Atau menjadi bagian orang yang tanpa pendirian sekedar ikut-ikutan alias penggembira terhadap sesuatu yang sedang menjadi trend di masyarakat.

Bobba Sugar jeli menangkap peluang keuntungan dari menjual buble tea atau bobba. Tidak heran di bulan Maret berani membagi 100 gelas bobba setiap harinya selama tiga hari. Peminatnya pun tidak sedikit. Pembagian bobba gratis belum dimulai pada waktunya, sejumlah orang rela antri untuk mendapatkan kesempatan masuk dalam bagian seratus orang pertama.

Gratis bobba (foto:ko in)
Gratis bobba (foto:ko in)
Antrian pun nampak mengular, didominasi anak muda khususnya perempuan. Ya, perempuan. Fenomena apa ini jika perempuan lebih menggemari minuman yang mendapat tambahan gula merah. Istilah lokalnya mungkin gula aren. Barangkali supaya keren nama diganti menjadi gula merah.

Dipromosikan dengan tanpa rasa jengah, jika semua bahan didatangkan dari negara asalnya. Karena konsumen merasa bangga mampu membeli produk import dan pengusaha bobba menjadi semakin percaya diri dalam memasarkan teh gelembung. Sadar atau tidak menggelembungkan sesuatu selalu membawa risiko. Pecah.

Tapi pengusaha dan penikmat bobba percaya bulatan-bulatan tepung dari pati atau sari tapioka yang ulet. Masih mampu memenuhi kebutuhan eksistensi diri sebagai generasi milenial yang hidupnya tidak lepas dari mall. Tidak lepas dari gemerlap penampilan yang nampak serba wah.

Atau mungkin perempuan memang suka jalan-jalan ke mall dengan tujuan belanja atau sekedar mencari hiburan. Sehingga manakala mengetahui ada acara bagi-bagi bobba gratis tidak menyia-nyiakan kesempatan.

Hal ini sekaligus membuka peluang bagi pengusaha bobba musiman atau dadakan untuk mendapatkan keuntungan dari maraknya bisnis minunan manis. Minuman campuran teh, susu, gula merah atau gula aren dan bulatan tepung tapioka atau kanji yang terbuat dari singkong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun