Di medsos, silaturahmi imajiner bisa dan terbiasa terjadi dengan rekan serta sahabat, berdua atau bersama-sama. Dari obrolan serius sampai yang ringan, tak berisi dan tak bergizi seperti kerupuk. Renyah seperti suaranya, saat dimakan.
"Kriuk......"
Manakala salah satu sahabat tidak terdengar kabar beritanya, tidak aktif up date status atau menanggapi chat di grup. Muncul kekhawatiran akan terjadi sesuatu dengannya. Upaya menghubungi tidak pernah ada respon, hingga akhirnya saya hanya dapat berpikir positif. Mungkin dia sudah bosan bermain di medsos atau sibuk dengan pekerjaan. Atau akun medsosnya dan handphonenya bermasalah.
Waktu terus berjalan, tidak terasa hampir dua tahun terakhir berkomunikasi, sejak terakhir menulis status di halaman Facebooknya. Hingga suatu hari, akun FB nya aktif . Terpampang foto setengah badan dalam posisi tegak. Senyum khasnya yang ramah, gambaran sosok yang mudah bergaul dengan siapa saja.
"Semoga cepat sembuh, Bapak."
Pesan diam sahabat
Manakala kami berkunjung ke rumahnya, dia hanya bisa terbaring di tempat tidur. Senyumnya sesekali nampak dan air mata mengalir dari ujung matanya. Seolah ingin menyampaikan sebuah pesan dalam diamnya. Dengan sabar istri atau anaknya menghapusnya, mereka setia mendampingi dalam ketidakberdayaannya.
Dalam perjalanan pulang kami, sahabatnya lebih banyak diam. Masing-masing seperti mengenang masa-masa kebersamaan dengannya. Â Sahabat dan teman kami ini sosok yang ramah pada setiap orang. Canda dan senyumnya selalu hadir setiap kali bertemu dengan si hitam manis ini.
Pengalaman teman dan sahabat yang terkena stroke, menyadarkanku untuk memiliki pola hidup sehat. Menjaga keseimbangan aktivitas fisik, pikiran serta pola makan. Sejak itu, diri ini harus mendisiplinkan diri dengan olahraga teratur setiap hari. Minimal 30 menit. Makan buah dan sayur tidak boleh lupa. Serta rutin, dalam periode tertentu untuk periksa kesehatan.
Hampir satu tahun sejak terakhir mengunjunginya. Kami berencana untuk kembali menengoknya di bulan yang telah ditentukan. Namun kisah hidup sahabat kami bercerita lain. Suatu hari saya melihat postingan foto di beranda FB sahabat kami.
"Selamat jalan bapak." Disertai permintaan maaf dari keluarga karena tidak dapat memberikan kabar kepergiannya kepada teman, sahabat dan kenalan almarhum. Saya hanya bisa tercengang melihat foto yang telah di posting di Facebook, tanpa kata dan suara. Air mata nyaris jatuh. Kematiannya adalah pesan diam akan bahaya penyakit tidak menular seperti stroke.
Tidak pernah terbayang teman kami ikut menjadi bagian dalam data orang yang meninggal karena penyakit stroke. Salah satu penyakit tidak menular yang menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Dari tahun ke tahun jumlahnya terus meningkat hingga melebihi angka 50 persen, menurut data dari Kementerian Kesehatan.