Ada 2 hal yang menyebabkan saya menulis judul di atas. Di bawah ini saya rincikan.
Kemampuan Negosiasi
Kemampuan negosiasi Foke patut diacungi jempol. Bagaimana tidak, hampir seluruh partai pendukung calon gubernur yang kalah pada putaran pertama mampu dirangkul. Bayangkan, bagaimana besarnya kepentingan yang harus diakomodasi jika terpilih nanti. Logikanya, masing-masing partai pendukung mustahil memberi dukungan dengan cuma-cuma. Pasti ada harga. Tentu tak mesti dengan imbalan uang cash. Sungguh merepotkan kalau dilihat dari kacamata kita sebagai outsider. Tapi Foke berani melakukan transaksi itu. Sungguh fantastis.
Hal yang sama sebenarnya sudah terjadi pada Pemilukada DKI 2007 yang lalu. Foke melawan Adang. Semua parpol mengepung PKS yang mengusung Adang. Dan ternyata Foke menang. Menarik untuk ditanyakan, apakah transaksi pada 2007 tersebut sudah close. Apakah ‘utang’ Foke telah dibayarkan kepada partai pengusungnya? Apakah partai pengusung 2007 lalu cukup puas dengan transaksi tersebut?
Kalau jawabannya SUDAH dan PUAS, pertanyaan yang kemudian muncul adalah mengapa pada putaran pertama yang lalu partai Golkar dan PPP malah mendukung Alex Nurdin, bukannya Foke? Kalau jawabannya BELUM dan TIDAK, pertanyaan kemudian adalah apa jaminan bahwa transaksi kali ini akan lebih baik? Hanya mereka yang tahu. Yang pasti, Foke sudah berhasil merangkul mereka dengan mudah dan mulus, tanpa proses yang panjang dan berbelit. Ini tentu membutuhkan kemampuan negosiasi yang baik.
Pengayom
Singkat saja. Berikut ini mungkin termasuk ekses dari hal pertama di atas, namun saya tulis secara terpisah karna sungguh menarik. Kapan lagi kita bisa menyaksikan para pentolan FPI dan FUI secara kompak bersama-sama dengan Ulil yang pendiri JIL mendukung calon yang sama. Mungkin hanya akan terjadi di sini dan kali ini saja. Alangkah hebatnya Foke.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H