Mohon tunggu...
KKN UNSIKA DESA TIRTASARI 2025
KKN UNSIKA DESA TIRTASARI 2025 Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa aktif Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) yang saat ini sedang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Tirtasari, Kecamatan Tirtamulya, Kabupaten Karawang. Fokus kegiatan KKN mencakup pengembangan potensi desa, edukasi masyarakat, kesehatan, lingkungan, serta pemberdayaan UMKM. Tertarik menulis seputar pendidikan, sosial masyarakat, dan teknologi tepat guna bagi pedesaan.

Selanjutnya

Tutup

Nature

KKN UNSIKA Desa Tirtasari 2025 Berinovasi dari Limbah Sekam Padi dan Eceng Gondok untuk Lingkungan Masyarakat

24 Juli 2025   23:20 Diperbarui: 24 Juli 2025   23:16 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosialisasi & Pelatihan Pembuatan Briket Sekam Padi & Kerajinan Eceng Gondok

Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Singaperbangsa Karawang (UNSIKA) menggelar dua kegiatan unggulan yang berlangsung secara bersamaan pada hari Minggu, 20 Juli 2025 di Majelis Al-Mujahidin, Dusun Pelem, Desa Tirtasari, Kecamatan Tirtamulya, Kabupaten Karawang. Kegiatan ini merupakan bagian dari program pemberdayaan masyarakat dan lingkungan, yang bertujuan untuk mengubah limbah pertanian dan tanaman liar menjadi sesuatu yang bermanfaat secara ekonomi sekaligus ramah lingkungan.

Kegiatan yang berlangsung sejak siang hingga sore ini diikuti oleh ibu-ibu PKK, tokoh masyarakat, serta warga sekitar. Antusiasme peserta terlihat jelas sejak awal kegiatan, terlebih karena kedua program menyasar pada persoalan nyata yang dihadapi masyarakat desa sehari-hari.

Mengolah Sekam Padi Menjadi Briket Arang Sebagai  Solusi Energi Ramah Lingkungan

Sosialisasi Pembuatan Briket Sekam Padi
Sosialisasi Pembuatan Briket Sekam Padi
Desa Tirtasari merupakan wilayah agraris yang setiap panen menghasilkan limbah sekam padi dalam jumlah besar. Sayangnya, limbah ini selama ini hanya dibakar di lahan terbuka, sehingga menyebabkan polusi udara dan membahayakan kesehatan lingkungan.

Melihat persoalan tersebut, mahasiswa KKN UNSIKA memperkenalkan inovasi sederhana berupa pembuatan briket arang dari sekam padi. Melalui kegiatan ini, warga diajak untuk memahami bahwa limbah pertanian seperti sekam padi sebenarnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan, hemat biaya, dan mudah diproduksi. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan membekali masyarakat---khususnya para ibu rumah tangga---dengan keterampilan baru yang aplikatif dan berpotensi dikembangkan menjadi usaha rumahan.

Dalam sesi praktik, peserta dilatih mulai dari proses penyangraian sekam menjadi arang, pencampuran dengan perekat alami dari tepung kanji, pencetakan briket menggunakan alat sederhana seperti potongan paralon, hingga proses pengeringan. Briket yang dihasilkan tidak hanya bisa digunakan untuk kebutuhan dapur, tetapi juga mendukung aktivitas usaha kuliner skala kecil. Lebih dari itu, briket dari sekam padi berpotensi menjadi komoditas lokal yang bisa dikembangkan untuk pasar lebih luas.

Dari Gulma Menjadi Kerajinan, Mengolah Eceng Gondok Bernilai Ekonomis

Pelatihan Penganyaman Eceng Gondok 
Pelatihan Penganyaman Eceng Gondok 
Masalah lain yang tak kalah mendesak di Desa Tirtasari adalah pertumbuhan eceng gondok yang tidak terkendali di saluran irigasi dan sungai. Tanaman ini sering menyebabkan penyumbatan aliran air dan mengganggu aktivitas pertanian warga. Untuk mengatasi hal ini, mahasiswa KKN UNSIKA menginisiasi pelatihan pengolahan eceng gondok menjadi produk kerajinan tangan.

Program ini dirancang tidak hanya sebagai upaya mengurangi gangguan lingkungan, tetapi juga untuk menumbuhkan kesadaran warga terhadap pentingnya pengelolaan limbah tanaman liar secara produktif. Melalui pelatihan ini, eceng gondok yang sebelumnya dianggap gulma tak berguna, diperkenalkan sebagai bahan baku kerajinan bernilai ekonomis. Para peserta kebanyakan ibu-ibu PKK diajak mengenal proses pengolahan eceng gondok mulai dari pemanenan, pencucian, pengeringan selama tujuh hari, hingga penyortiran batang dan teknik dasar menganyam menjadi tas, keranjang, atau hiasan rumah.

Tujuan dari kegiatan ini bukan semata menghasilkan produk kerajinan, tetapi juga untuk memberdayakan masyarakat desa agar mampu mengelola potensi lokal secara mandiri, serta membuka peluang usaha baru yang dapat meningkatkan pendapatan keluarga. Para peserta tidak hanya aktif dalam sesi tanya jawab, tetapi juga tampak bersemangat saat mencoba proses penganyaman secara langsung.

Langkah Awal Menuju Desa yang Mandiri dan Berkelanjutan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun