Desa Songgon, Banyuwangi - Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) UMD Universitas Jember yang diterjunkan di Desa Songgon, Kecamatan Songgon, Kabupaten Banyuwangi, menghadirkan inovasi unik dan ramah lingkungan melalui program kerja pembuatan lilin aromaterapi dari minyak jelantah. Kegiatan ini menjadi salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat yang tidak hanya bertujuan mengurangi dampak limbah rumah tangga, tetapi juga mengangkat potensi lokal, khususnya komoditas kopi.
Program ini lahir dari kegelisahan mahasiswa terhadap praktik pembuangan minyak goreng bekas secara sembarangan yang selama ini masih banyak dilakukan oleh masyarakat. Selain mencemari lingkungan, minyak jelantah yang dibuang ke saluran air juga dapat menimbulkan penyumbatan dan bau tak sedap. Melalui pendekatan edukatif dan pelatihan langsung, mahasiswa memperkenalkan cara sederhana, murah, dan ramah lingkungan untuk mengolah minyak bekas menjadi produk bernilai ekonomi berupa lilin aromaterapi beraroma kopi dan vanila.
Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan lilin ini adalah minyak jelantah yang telah dijernihkan menggunakan arang aktif. Arang tersebut dibuat secara mandiri dari pembakaran limbah organik seperti tempurung kelapa dan batang kayu. Proses ini dilakukan untuk menyaring kotoran, mengurangi bau tengik, dan menghasilkan minyak jelantah yang lebih jernih.
Setelah proses penyaringan selesai, stearic acid ditambahkan sebagai bahan pengeras alami agar minyak dapat berubah bentuk menjadi lilin padat. Selanjutnya, campuran bubuk kopi lokal khas Desa Songgon dan essence vanila digunakan sebagai pewangi alami, menghasilkan aroma khas yang menenangkan dan cocok digunakan untuk relaksasi.
Pemilihan kopi sebagai bahan pewangi bukan tanpa alasan. Desa Songgon merupakan salah satu daerah penghasil kopi rakyat dengan potensi yang melimpah. Banyak kebun kopi dikelola langsung oleh warga, bahkan beberapa UMKM lokal sudah memproduksi kopi kemasan. Hal ini menjadikan kopi sebagai potensi lokal yang sangat relevan untuk diolah menjadi produk turunannya, termasuk lilin aromaterapi ini. Dengan demikian, program ini juga berfungsi sebagai bentuk hilirisasi komoditas lokal dan penguatan ekonomi berbasis desa.
Pelatihan pembuatan lilin dilaksanakan di rumah Kepala Dusun Gumuk Candi dan diikuti oleh warga setempat, khususnya ibu-ibu dan remaja desa. Antusiasme peserta sangat tinggi karena proses pembuatan yang sederhana, bahan yang mudah didapat, serta hasil akhir produk yang menarik secara visual dan memiliki aroma yang menenangkan. “Saya tidak menyangka minyak goreng bekas bisa diubah menjadi lilin wangi yang sebagus ini. Aromanya enak dan cocok untuk dipakai di rumah sebagai pengharum ruangan,” ujar Bu Siti, salah satu peserta pelatihan.
Selain pelatihan teknis, mahasiswa juga memberikan edukasi terkait dampak negatif pembuangan minyak jelantah sembarangan serta potensi wirausaha yang bisa dikembangkan dari produk daur ulang ini. Mahasiswa mendorong warga agar melihat produk lilin ini tidak hanya sebagai hasil kerajinan, tetapi juga sebagai peluang usaha yang bisa mendatangkan keuntungan jika diproduksi secara konsisten dan dipasarkan dengan baik.
Program kerja ini diharapkan dapat terus dikembangkan secara mandiri oleh masyarakat, bahkan setelah masa KKN selesai. Untuk mendukung keberlanjutan program, mahasiswa juga membuka ruang diskusi dan pendampingan lanjutan bagi warga yang ingin memproduksi lilin secara lebih serius. “Kami ingin menciptakan solusi sederhana namun berdampak nyata, dimulai dari limbah yang ada di rumah. Harapannya, masyarakat bisa mengelola sampah menjadi produk yang bermanfaat,” ujar Amel, Koordinator KKN Desa Songgon.
Keberhasilan program ini menunjukkan bahwa dengan kreativitas, edukasi, dan kolaborasi yang baik antara mahasiswa dan masyarakat, limbah yang sebelumnya tidak bernilai dapat diolah menjadi produk unggulan yang memiliki nilai ekonomis dan manfaat lingkungan.