Mohon tunggu...
KKN Rancakasumba
KKN Rancakasumba Mohon Tunggu... Guru - Kuliah Kerja Nyata Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru Desa Rancakasumba

Kuliah Kerja Nyata Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru Desa Rancakasumba Tahun 2019 Kelompok 2

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

ILY From 270 KM

14 Juli 2019   20:46 Diperbarui: 14 Juli 2019   20:49 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Detikcom/Kodam III Siliwangi

Hakikatnya kemunculan sebuah rasa cinta tidak terbatas pada ruang dan waktu. Dimana dan kapan saja hal sakral itu tiba-tiba datang mengetuk lubuk hati dan hadir tanpa berkata permisi. Ia seketika datang di depan gerbang jiwa bernama hati. Sebentar, tolong jangan salah memahami prolog ini. Tentunya bukan tentang kisah kasih hubungan manusia dengan manusia. Ini adalah jenis kecintaan lain dari fitrah manusia, yaitu cinta manusia dengan alamnya.

Berawal dari program KKN (Kuliah Kerja Nyata) rasa ini rupanya mulai terpantik untuk sedikitnya berpaling kepada objek cinta yang kadang terlupakan oleh sebagian orang. Padahal ihwal mencintai alam telah menjadi landasan dasar hidup seorang manusia. Bahkan menurut Koentjaraningrat sendiri, bahwa hubungan manusia dengan alam adalah suatu bentuk kepastian ilahiah yang tidak bisa dilepaskan keterkaitannya.

Memang kebetulan isu yang diangkat dari program KKN kali ini berkaitan dengan alam, terutama yang menyangkut dengan masalah kebersihan ekosistem sungai. Ya benar, sungai Citarum sebagai sungai terpanjang di Jawa Barat dengan panjang sekitar 270 Km, beberapa waktu yang lalu konon telah dinobatkan sebagai sungai terkotor di dunia. Betul sedunia. Jelas hal ini sedikitnya mencoreng nama baik bangsa di mata internasional.

Berdasar pada kenyataan pahit tersebut dan didukung dengan program KKN yang juga ternyata bersinggungan secara langsung dengan masalah tersebut, kesadaran ekologis pun muncul sedikit demi sedikit. Memang benar kata sebagian orang bahwa terkadang rasa cinta bisa hadir bukan karena indahnya sebuah paras, tapi karena sebaliknya ada kekurangan dari paras itu yang membuat rasa ingin melindungi menjadi tergugah.

Citarum kini yang menjadikan lubuk hati menjadi menyeruak untuk melindunginya. Mengembalikannya lagi seperti sedia kala, indah dan rupawan. Seperti kata orang dulu "Citarum adalah teman yang tak mengkhianati, ia memberi kehidupan dan penghidupan". Cerita lawas tersebut perlu kiranya diperjuangkan kembali agar terwujud. Niscaya akan memberikan manfaat dan kebahagiaan yang tak terkira jika benar-benar terjadi.

Di sungai fenomenal ini, benih-benih cinta untuk melindunginya begitu nyata menggerayangi dan menghantui pikiran. Tanpa disadari akal kerap kali terbersit pikiran untuk bagaimana caranya untuk membereskan masalah ini. Bukan tugas mudah memang melakukan pembaharuan dan revitalisasi pada sungai ini di tengah kompleksitas penyelesaian masalah yang mengerubunginya.

Bermodal ketulusan cinta, hambatan yang nantinya akan datang saling bergantian harusnya tidak menjadi masalah. Karena dengan tulus dan niat baik seberat apapun masalah tentu tidak akan membuat perjuangan melindunginya menjadi luntur dan berbalik kanan. Lewat dukungan berbagai pihak terhadap pengembalian nama baik dan marwah Citarum mestinya semangat perubahan dan cinta itu terus dan akan selalu berkobar. Citarum Harum!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun