Karangduren, Kab. Semarang -- Pada tanggal 28 Juli 2025 warga dusun kaligintung mengadakan rapat rutinan persiapan 17an sekaligus persiapan menyongsong event terbesar desa. Langkah kaki para pemuda dan masyarakat Desa Karangduren kini tengah berpacu dalam satu semangat: membangun budaya, mempererat rasa. Mahasiswa KKN UIN Walisongo Posko 73 dengan penuh antusias turut menghadiri rapat persiapan event Embun Seni Nusantara 2, event budaya terbesar desa yang akan digelar pada bulan Oktober mendatang.
Mengusung tema "Laku Jenang, Laku Urip - Mengaduk Harapan, Menyatukan dalam Rasa", acara ini bukan sekadar pentas seni biasa. Lebih dari itu, ia menjadi jembatan untuk memperkenalkan Jenang Kaligintung, kuliner tradisional yang kini diangkat sebagai ikon khas desa dan sentra produksi Kabupaten Semarang.
Event ini akan digelar selama tiga hari penuh kemeriahan, dan menjadi bagian dari peringatan Hari Kebudayaan Nasional yang jatuh pada tanggal 17 Oktober. Dimulai dari inisiatif kecil warga Dusun Kaligintung pada tahun sebelumnya, kini Embun Seni Nusantara 2 Â tumbuh menjadi event resmi desa, dengan dukungan penuh dari pemerintah desa dan masyarakat.
Tahun ini, Embun Seni Nusantara 2 juga sebagai ajang dalam menguatkan sinergi melalui kolaborasi dengan berbagai pihak, di antaranya BUMDes Karangduren, beberapa sanggar seni di sekitar wilayah karangduren, masyarakat desa setempat, serta mahasiswa Program Studi Seni Tari Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta.
Rapat yang dihadiri oleh berbagai elemen desa, termasuk para tokoh masyarakat, pelaku seni, dan mahasiswa KKN, membahas berbagai agenda penting yang akan menjadi sorotan utama, seperti: Kirab Budaya Jenang, Pembagian 5.000 jenang gratis, Pagelaran Wayang Kulit, Senam Massal, Lomba Mewarnai untuk TK dan SD, Sholawatan, Jalan Santai, Pentas Seni Warga, serta Bazar UMKM Desa Karangduren
Tak hanya menghadirkan hiburan, kegiatan ini juga syarat nilai: melestarikan budaya lokal, menanamkan moralitas dalam seni pertunjukan, serta memberi motivasi bagi para pelaku seni untuk terus berkarya di tengah arus globalisasi.
"Ini bukan hanya soal pentas seni. Ini adalah ruang untuk menyatukan masyarakat, mengenalkan desa ke luar, dan memperkuat identitas budaya yang telah diwariskan," ujar Mas Wahyu, salah satu penggagas acara.
Mas Rafi, koordinator humas acara, menambahkan pentingnya pelibatan warga secara aktif di berbagai sisi, termasuk pengaturan lahan parkir dan teknis lapangan, agar tidak menimbulkan kecemburuan sosial.
"Dari evaluasi tahun lalu, kita ingin warga lebih terlibat, lebih merasa memiliki," ujarnya.
Kehadiran mahasiswa KKN dalam kegiatan ini merupakan wujud kontribusi aktif dari kalangan akademisi dalam mendukung pelestarian budaya dan pembangunan masyarakat desa. Kolaborasi yang terbangun antara mahasiswa, seniman, pelaku usaha, dan masyarakat ini menjadi kekuatan utama dalam menyukseskan acara.