Mohon tunggu...
kholilullah tambak
kholilullah tambak Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sumatra Utara

Peserta KKN-DR 105

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Suara Hati Istri sebagai Dampak Pandemi Covid-19

15 Agustus 2020   05:00 Diperbarui: 15 Agustus 2020   04:58 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

COVID-19 mengguncang dunia pada akhir 2019. Bagaimana tidak, wabah penyakit yang awalnya terjangkit pada hewan menular ke manusia. Kota Wuhan di China adalah kota pertama penyebaran wabah ini, yang pada akhirnya menular ke ratusan negara dikarenakan penyebarannya yang sangat cepat. COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Severe Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) dan menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru berat, hingga kematian.

Terhitung 2 minggu sejak dikabarkan COVID-19 telah tertular ke Indonesia, pemerintah mengkarantina seluruh rakyatnya. Sekolah, kampus, perusahaan, hingga toko dan rumah makan di tutup sementara guna mencegah dan memutus rantai penyebaran COVID-19. Lalu beberapa perusahaan menerapkan kebijakan work from home untuk menghindari pertemuan tatap muka. Pada awalnya, sebahagian besar masyarakat menerima kebijakan tersebut. Namun, setelah beberapa minggu 'dirumahkan', dampaknya mulai dirasakan semenjak diterimanya surat PHK dari perusahaan tempatnya bekerja. Di kelas pengusaha, dampaknya terlihat ketika usahanya tersebut bangkrut dan terpaksa 'merumahkan' karyawannya. Di kelas menengah kebawah, dampaknya terasa saat kepala keluarganya tidak bisa mencari nafkah keluar rumah dikarenakan kebijakan social distancing ini.

Dampak COVID-19 Terhadap Keutuhan Keluarga

Keutuhan keluarga dapat terjaga apabila seluruh anggota keluarga saling memahami dan menerima satu sama lain sehingga timbullah ketenteraman (sakinah) di dalam keluarga tersebut. Di masa pandemi ini, keluarga memiliki banyak 'quality time' untuk melakukan kegiatan bersama selama di rumah. Hal ini tentu berdampak positif dari sisi kebersamaan. Akan tetapi, dampak negatifnya juga tak dapat dihindarkan. PHK besar-besaran menjadikan banyak kepala keluarga kehilangan perkerjaannya. Pesangon yang diberikan jelas tak mampu membiayai semua kebutuhan dalam rumah tangga. Maka dari itu muncullah permasalahan yang dapat menimbulkan perpecahan dalam keluarga.

Peran Istri Sebagai 'Rumah' dalam Keluarga di Tengah Pandemi COVID-19

Di tengah pandemi COVID-19 yang semakin hari dampaknya semakin jauh terasa, menjadi ujian tersendiri bagi keluarga. Dari sudut pandang seorang istri, menghadapi dampak pandemi COVID-19 ini bukanlah hal yang mudah. Namun, perempuan dianugerahi hati yang fungsinya lebih dominan dibanding laki-laki yang mengedepankan logika. Istri harus bisa menjadi problem solver dan pelindung dari 'ruh' suatu keluarga. Suami yang berkurang pendapatannya, namun karena tuntutan kebutuhan, sehingga para suami memutar otak berpikir keras untuk mendapatkan uang tambahan agar kebutuhan anak istrinya tetap terjamin. Apabila hal tersebut tidak bisa dipenuhi, bukan tidak mungkin suami akan stress. Disinilah peran emosional istri untuk menjaga keutuhan keluarganya.

Saat ini kasus perceraian mengalami peningkatan dikarenakan dampak COVID-19 ini. Artinya, keutuhan keluarga tidak dapat terjaga dengan baik. Rumah tidak menjadi tempat ternyaman, konsep sakinah tidak dapat terwujud. Ini terjadi karena banyak yang belum memaknai perannya masing-masing. Pengetahuan yang minim untuk dalam membina rumah tangga, serta spiritual yang lemah sehingga imannya tidak sanggup menghadapi ujian yang diberikan Allah Swt.

Peran istri sebagai 'rumah' dalam keluarga, begitu pentingnya bagi keutuhan rumah tangga. Tentu tidak mudah untuk melakoni peran sebagai istri yang harus siap siaga untuk kebutuhan suami dan anak. Menjadi istri dalam melayani suaminya, menjadi ibu dalam mengasuh anak-anaknya, menjadi partner dalam bercerita dan berdiskusi, menjadi guru untuk menmbimbing anaknya sekolah di rumah, menjadi pendengar keluh kesah dalam keluarga, semua dilakukan istri untuk mempertahankan keharmonisan keluarganya. Beberapa kasus perceraian terjadi karena istri kurangnya mendapat apresiasi dan dukungan moral atas peran yang dilakukan. Maka dari itu, pentingnya untuk saling memahami, mendukung, dan memotivasi. Jadikan kebersamaan di rumah untuk bercerita dan bertukar pikiran agar terjalin ikatan moral yang kuat dalam keluarga guna terpupuknya rasa cinta dan kasih sayang antar anggota keluarga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun