Mohon tunggu...
KKG PAI KAB. BLITAR
KKG PAI KAB. BLITAR Mohon Tunggu... GURU

Menulis adalah jalan menuju kebaikan, selama apa yang kita torehkan adalah kebajikan. Meninggalkan kebaikan melalui jejak tulisan adalah ladang pahala yang tak akan pernah habis. Dengan berliterasi dan berinteraksi melalui karya, diharapkan kita dapat memotivasi untuk menyongsong Indonesia Emas. Salam Literasi!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Alhamdulillah, Atas Izin Allah Aku Bisa

28 September 2025   08:46 Diperbarui: 28 September 2025   08:46 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar: depositphotos.com/id

Menulis, bagi sebagian orang, mungkin sekadar hobi---pengisi waktu luang di kala sendiri. Namun bagiku, menulis adalah cara untuk berbagi inspirasi sekaligus mengukur kemampuan diri dalam menuangkan gagasan atau ide kreatif yang mungkin bisa diikuti.

Membaca dan menulis adalah hobiku sejak kecil, meskipun pada awalnya hanya berupa catatan kecil di buku harian. Tapi sungguh, ini adalah pengalaman pertamaku dalam menulis artikel.

Bermula dari ajang festival yang diselenggarakan oleh Tim Jurnalistik KKG Kabupaten Blitar sekitar tiga bulan yang lalu, kuberanikan diri, ku kuatkan hati, mencari inspirasi untuk ikut serta berpartisipasi dalam giat lomba menulis artikel yang bertepatan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2025.

Pada awalnya, rasa ragu dan khawatir menghinggapi pikiranku. Apakah tulisanku cukup layak untuk dibaca orang lain? Namun karena dorongan kuat dari para senior, aku merasa tertantang mengikuti lomba menulis artikel ini. Dengan segala keterbatasan pengetahuan dan pemahaman tentang kaidah tulis-menulis, aku mulai menyusun ide, merangkai kata demi kata, menyusun kalimat demi kalimat hingga terbentuklah sebuah naskah. Kutorehkan pena di atas kertas putih yang tak berwarna, menuangkan setetes angan, harapan, asa, rasa, imajinasi, dan doa yang kubisikkan untuk sampai pada posisi ini. Tentunya, pengalaman ini akan terus terpatri dalam sanubari dan takkan kulupa hingga masa yang lama.

Perjuangan tentu tidaklah semudah membalik telapak tangan. Beberapa kali aku membuat tulisan dan gagal, berulang kali mengganti tema, dan merasa kurang percaya diri dengan hasilnya. Bahkan, pernah satu tema kutulis dengan beberapa opsi pemikiran yang akhirnya kuhapus kembali. Menulis lagi dan lagi, lalu merevisinya berkali-kali. Ada saat di mana aku hampir menyerah dan putus asa karena tulisan terasa berantakan. Tapi dorongan dari orang-orang tersayang membuatku terus bertahan.

Aku berguru, menimba ilmu dari sosok sahabat, senior, membaca berbagai referensi, dan berkonsultasi langsung pada pihak yang berkompeten di bidangnya. Hingga akhirnya, aku paham bahwa tulisanku masih banyak kekurangan.

Proses ini membuka cakrawala pemahamanku bahwa menulis bukan hanya sekadar bakat, tetapi harus diasah, dipupuk, dan diarahkan, sehingga menghasilkan tulisan yang bermakna utuh. Keraguan dan kekhawatiran harus disingkirkan agar tidak menjadi penghalang untuk mencapai kesuksesan.

Setelah menunggu dalam waktu yang cukup lama, akhirnya tiba saat yang membahagiakan. Malam itu, aku mendapat pesan singkat dari Ibu Pengawas yang mengatakan bahwa tulisanku masuk nominasi, dan Alhamdulillah, meraih juara. Saat banyak teman yang menyampaikan selamat, rasa haru bercampur syukur memenuhi kalbu. Bukan hanya sekadar ucapan selamat, piala, sertifikat, dan materi belaka yang aku dapat, melainkan bukti nyata dari sebuah kerja keras, kesabaran, dan doa yang tak pernah jeda. Keberanian untuk terus mencoba mampu mengalahkan rasa takut dan putus asa.

Kemenangan hanyalah bonus dari kerja keras yang telah dilakukan. Yang terpenting adalah meraih kemenangan sejati dalam melawan penyakit hati, yaitu rasa malas, ragu, dan bimbang, serta keyakinan bahwa setiap usaha takkan pernah sia-sia.

Terima kasih terucap untuk orang-orang tersayang atas doa dan support-nya, untuk sahabat dan guru tercinta yang sudah membimbing dan berbagi ilmu padaku. Tanpa kalian, apalah jadinya aku. Takkan pernah mampu menyusun sesuatu, takkan pernah berani menyampaikan inspirasi, dan takkan pernah maju untuk berpacu dan melawan rasa malu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun