Mohon tunggu...
Politik

Kekuasaan di Atas Segalanya

3 Oktober 2018   19:16 Diperbarui: 3 Oktober 2018   19:25 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Oleh : Muhammad Andhika Putra Nugraha

Pilpres 2019? Apakah para calon pemimpin saat ini sudah siap?. Akankah negeri ini menjadi lebih baik dengan cara mereka?. Atau justru akan lebih buruk karena cara mereka?. Memang cara yang akan mereka gunakan nanti untuk kebaikan negeri ini. Tapi tidak semua cara dapat di terima oleh seluruh masyarakat. 

Memang cara yang akan mereka gunakan nanti untuk kebaikan negeri ini. Tapi tidak semua cara dapat diterima oleh seluruh masyarakat. Maka dari itu sebagai pemimpin negara kita harus bijak, tentukan bagaimana yang terbaik bukan hanya menurut pandangan pribadi, tetapi menurut pandangan seluruh rakyat.

Menjadi seorang pemimpin haruslah bisa memposisikan diri menjadi seorang rakyat dan merasakan bagaimana aturan atau cara yang pemimpin buat. Apakah cukup atau tidak. Menjadi seorang pemimpin harus mikirkan kepentingan rakyat yang berjumlah jutaan. Maka seorang pemimpin tidak boleh memiliki sifat egois. Jadi seorang pemimpin adalah seorang yang tidak memikirkan kepentingan pribadi tetapi kepentingan bersama. 

Pemimpin juga tidak boleh merasa paling benar atas keputusan nya sehingga seluruh rakyat harus mematuhi, meskipun untuk kepentingan negara. Rakyatlah yang menanggung semua kekecewaan atas kepemimpinan yang kurang baik. Dari rakyat juga pemimpin yang baik akan selalu di pertahankan cara kepemimpinanya.

Pada pilpres 2019 kali ini, siapkah  para calon pemimpin untuk memimpin negeri ini dengan tanpa sikap egois dan sikap merasa paling benar dari seluruh rakyat?. Jika para pemimpin saat ini memiliki sikap egois dan merasa dirinya paling benar saat memimpin nanti maka akan timbul sebuah kekuasaan yang otoriter itu. Dimana kekuasaan berpusat pada pemimpin dan seluruh rakyat harus mematuhi segala keputusan yang di buat. 

Kekuasan otoriter?. Kekuasaan seperti itu sudah pernah terjadi di Indonesia ini. Kekuasaan seperti itu terjadi pada saat masa jabatan Soeharto dimana ia membuat segala aturan dan seluruh rakayat hanya perlu mematuhinya. Jadi kekuasaan pada saat itu berpusat pada Soeharto. 

Hal itu hanya menimbulkan konflik saja dimana mana. Mengapa terjadi konflik?. Karena hal itu memang tidak seharusnya dilakukan. Kekuasaan seperti itu adalah kekuasaan yang salah. 

Apa yang  salah dengan kekuasaan otoriter? Mengapa dapat menimbulkan konflik?. Tentu saja kekuasaan yang berpusat pada satu tangan yaiu memimpin itu tidak benar. Mengapa? Karena rakyat tidak bisa menyuarakan aspirasi mereka. Yang seharusnya negara ini lakukan adalah membuat keputusan bersama bukan keputusan sepihak. 

Karena negara ini memiliki Pancasila, di mana sila K-4 berbunyi "kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat dalam permusyawaratan dan perwakilan". Hal yang menurut petinggi baik, belum tentu menurut rakyat baik, begitupun sebaliknya. Jadi kita harus bermusyawarah untuk menghasilkan keputusan bersama demi kebaikan bangsa. Keadilan di negeri ini harus di tegakan dengan sewajarnya.

Bagaimana jika calon pemimpin yang terpilih nanti menerapkan kekuasaan otoriter? Apa yang akan terjadi nanti? Sebenarnya hal ini mudah sekali di jawab. Pastinya masa-masa Soeharto akan terulang kembali di mana konflik-konflik dan kerusuhan di mana-mana. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun