Mohon tunggu...
Nur Hasanah
Nur Hasanah Mohon Tunggu... Guru - Evalutor

Evaluator - Educator - Entepreneur - Writer

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ancaman Kerusuhan dan Tindakan Tegas Aparat

27 Mei 2019   12:56 Diperbarui: 27 Mei 2019   13:13 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.reuters.com 


Efek 22 Mei 2019 bisa saja menjadi lebih mencekam dan kerusuhan akan semakin meluas. Penjarahan di mana-mana, pembakaran lokasi-lokasi vital di ibu kota dan ini yang paling mengerikan: konflik horizontal.

Sikap brutal massa semakin menjadi-jadi sementara pihak kepolisian hanya melakukan defensif. Beberapa video memperlihatkan polisi menjadi korban pelemparan batu secara brutal oleh massa. Begitu juga bis yang berisi anggota Polri dilempari batu. Di Slipi, 2 bis polisi dibakar dan menjadi target amukan massa. Sedangkan di Petamburan, asrama brimob dibakar.

Apakah ini yang dinamakan aksi damai dan kebebasan berekspresi? Tentu tidak.

Usut punya usut, Majalah Tempo mengungkap secara detil keterlibatan oknum militer yang merencanakan pengerahan massa tersebut. Selain itu, ada kelompok yang menyiapkan senjata dan penembak jitu. Tujuannya untuk menciptakan kondisi semakin rusuh.

Sebelumnya Polri sudah mengetahui perihal aksi 22 Mei akan ada kelompok yang menunggangi. Oleh sebab itu, Polri sudah memetakan dan merancang strategi menghadapi para demonstran tersebut. Di antaranya setiap anggota Polri hanya dibekali tameng, tongkat, penutup kepala dan peluru karet.

Belakangan Hermawan Sulistyo, Profesor LIPI, mengungkap bahwa ada kejanggalan dalam tewasnya delapan orang dalam insiden kericuhan aksi 22 Mei 2019.

Menurut Hermawan, tembakan aparat kepolisian biasanya random dan bukan single bullet di bagian kepala. Dia menilai ada unsur kesengajaan dengan melihat titik sasaran penembakan di tempat yang sama.

Tentu sangat disayangkan aksi ketidakpuasan dengan hasil pemilu ini dinodai oleh jatuhnya korban. Begitu juga oknum polisi yang melakukan tindakan represif dan di luar S.O.P.

Contoh dalam kasus penyiksaan Andri Bibir (AB), sebuah video merekam aksi brutal aparat polisi di Kampung Bali. Banyak orang menganggap AB ini sampai dirawat di rumah sakit. Namun saat konferensi pers Sabtu (25/05), AB masih bisa berdiri dan berjalan.

Kini Polri tengah melakukan investigasi dan akan memberikan sanksi terhadap anggotanya yang melanggar S.O.P.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun