Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Drama Shopee versus Kurir, Belajar dari Kasus Uber di Inggris

13 April 2021   18:50 Diperbarui: 13 April 2021   18:53 1413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi belanja online. | William Potter via Kompas.com

Seluruh upaya yang dilakukan oleh para kurir SPX sejatinya sudah tepat dengan melakukan aksi mogok kerja walaupun manajemen Shopee membantah adanya aksi tersebut.

Misi kedua mereka pun terbilang sukses saat masalah yang mereka angkat dapat menyita perhatian publik, atau bahkan pemerintah.

Dukungan dari masyarakat sudah dikantongi. Taruhlah jika manajemen Shopee tetap tidak memberikan upah yang lebih layak, tidak ada salahnya mereka belajar dari kasus berikut.

Belum lama ini platfotm ojek daring asal Amerika, Uber, mengalami kekalahan di Mahkamah Agung Inggris atas gugatan yang diajukan oleh 25 pengemudi yang bekerja dalam naungannya.

Pengadilan mewajibkan manajemen Uber mengangkat mereka menjadi karyawan atau pegawai tetap alih-alih sebagai mitra. Status itu juga harus disertai dengan pemenuhan berbagai hak, mulai dari upah minimal, cuti, hingga tunjangan.

Meskipun para pengemudi (mitra) tidak mendapat surat kontrak karyawan tetap, ada beberapa hal yang lantas mendasari keputusan hakim yang dibacakan pada Jumat (19/2/21) lalu tersebut.

Salah satunya Uber secara tidak langsung telah menetapkan berapa gaji yang harus dibayarkan kepada mitra karena mereka yang mengatur tarif. Mitra tidak diijinkan meminta lebih dari nominal yang tertera pada aplikasi.

Uber juga memiliki sejumlah syarat bagi calon pengemudi yang akan mendaftar yang sangat identik dengan kontrak kerja pada umumnya.

Hal itu tercermin dari minimnya pilihan yang dimiliki oleh mitra sebab Uber telah mengatur ketat serta memberikan sanksi apabila mereka terlalu banyak menolak pesanan (order).

Selain itu, mereka juga memberlakukan sistem rating yang menentukan apakah pengemudi masih bisa bekerja atau tidak. Beberapa hal itulah yang menguatkan penilaian bahwa mereka telah bekerja layaknya karyawan (tetap).

Gugatan itu, menurut Wired, berhasil mereka menangkan usai pengadilan ketenagakerjaan Inggris mengabulkan putusan serupa terhadap dua pengemudi Uber lain pada tahun 2016 lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun