Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

"Survival of the Laziest", Bertahan Hidup dengan Menjadi Pemalas

10 Januari 2021   09:08 Diperbarui: 10 Januari 2021   14:08 2224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mengisi waktu bermalas-malasan di rumah dengan menonton televisi| Sumber: Thinkstockphotos via Kompas.com

Bukti kunci yang ditemukan ialah adanya tanda-tanda kerusakan seperti luka pada tulang manusia purba, yang mana sangat mirip dengan kerusakan yang ditemukan pada tulang hewan yang berhibernasi.

Hasil penemuan itu melahirkan sebuah teori bahwa sosok Neanderthal bertahan pada suhu ekstrem yang berkepanjangan lewat cara menekan dan memperlambat level metabolisme tubuh mereka secara signifikan. Mereka dapat rebahan tanpa gangguan selama berbulan-bulan.

Pada suhu ekstrem, hibernasi merupakan bentuk mekanisme bertahan hidup sebab Neanderthal akan menghabiskan waktu berbulan-bulan lamanya dalam goa-goa batu dengan kondisi yang tak bersahabat.

Di luar konsep tersebut, penyesuaian diri akan selalu dipraktikkan setiap makhluk hidup dalam merespons suatu keadaan. Manusia merupakan entitas berakal yang memiliki level adaptasi yang lebih tinggi daripada organisme lain. Hal itulah yang menjadikan Homo sapiens sebagai spesies paling unggul yang bisa bertahan hidup hingga detik ini.

Saking banyaknya, sudah tidak terhitung berapa juta kali peradaban umat manusia diguncang oleh berbagai macam bencana serta tragedi kemanusiaan, salah satunya pandemi. Faktanya, kita selalu mampu melewatinya dan terus bertahan hidup.

Naluri adaptasi pula yang kini membuat SARS-CoV-2 yang menjadi biang Covid-19, mengalami ribuan mutasi. Pada saat bermutasi, virus juga akan melakukan sejumlah penyesuaian dengan mengubah materi genetiknya.

Peristiwa mutasi tersebut terjadi seiring dengan perkembangan dan penyebaran Covid-19 yang telah menjangkiti sekitar 213 negara di seantero dunia. Bahkan, virus sekalipun ingin tetap bertahan hidup dan melestarikan spesiesnya.

Pandemi coronavirus disease yang sudah berlangsung hampir setahun di Indonesia memang membuat kita tidak nyaman dan memaksa kita untuk mengaktifkan naluri adaptasi dalam aktivitas sehari-hari.

Seluruh program yang digalakkan oleh pemerintah pada dasarnya merupakan strategi bertahan hidup. Semua langkah penyembuhan serta pemulihan dalam sektor kesehatan dan ekonomi yang telah menyita anggaran negara senilai Rp800 triliun akan sia-sia di hadapan manusia bebal yang "terlalu rajin" keluar rumah tanpa memedulikan protokol Covid-19.

Diberlakukannya pembatasan sosial dan fisik, pembatasan sosial berskala besar (PSBB), dan lockdown telah memaksa kita untuk melakukan sejumlah adaptasi yang berpengaruh terhadap kehidupan kita.

Selain naluri adaptasi, Homo sapiens juga mempunyai naluri untuk melawan setiap ketidaknyamanan dan merebut kembali kebebasan yang telah direnggut darinya. Pada dasarnya, manusia tak pernah ingin dibatasi, apapun bentuknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun