Meski memiliki kebugaran fisik level dewa, faktanya, pesepak bola juga rentan terpapar Covid-19.
Pandemi memaksa sejumlah kompetisi di seluruh dunia berhenti sejenak, sebelum kemudian dilanjutkan kembali dengan protokol pencegahan yang ketat untuk memutus rantai penularan Covid-19.
Sejak digulirkannya kembali kompetisi, otoritas sepak bola di beberapa negara, khususnya di Eropa, serempak melarang kehadiran penonton di dalam stadion.
Para pemain, pelatih, serta ofisial tim harus menjalani tes di klub terlebih dulu sebelum pergi ke stadion untuk berlaga. Selain itu mereka juga diwajibkan untuk melakukan tes seminggu 2 kali. Rutinitas mereka di luar lapangan turut dibatasi guna meminimalisir penyebaran virus.
Protokol pencegahan juga berlaku bagi pihak-pihak yang tidak terlibat langsung dalam pertandingan. Menurut Reuters, Premier League hanya memperbolehkan paling banyak 300 orang yang hadir di dalam stadion meliputi pihak penyiaran televisi, wartawan, serta petugas medis.
Penyemprotan disinfektan di lingkungan stadion, pengecekan suhu tubuh semua pihak yang terlibat dalam pertandingan, hingga penggunaan masker sebelum laga menjadi rutinitas yang lazim dijumpai saat ini. Langkah pencegahan serupa juga dilakukan oleh penyelenggara kompetisi di negara lainnya.
Kebiasaan pemain di atas lapangan hijau yang dapat berisiko menyambung rantai penularan yaitu bersalaman, berpelukan, dan meludah pun turut dilarang. Anjuran menjaga jarak juga harus diterapkan saat pemain, pelatih, serta ofisial tim berada di dalam venue pertandingan.
Namun, semua protokol pencegahan itu ternyata belum mampu menghentikan laju penularan. Satu per satu punggawa lapangan hijau di berbagai belahan bumi dinyatakan positif terpapar Covid-19.
Sampai saat ini, sejauh penelusuran penulis, sudah lebih dari 20 pemain di Liga Italia yang dikonfirmasi positif tertular. Fenomena tersebut sejatinya tidak terlalu mengejutkan mengingat Italia merupakan negara dengan kasus Covid-19 terbanyak kedua di dunia.