Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Shin Tae-yong Buru Pemain "Raksasa", Apa Urgensinya?

23 September 2020   13:22 Diperbarui: 24 September 2020   14:21 1990
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Shin Tae-yong bersama skuat timnas Indonesia U-19 menjalani pemusatan latihan di Kroasia | pssi.org

Lantas Shin memasukkan nama pemain Ipswich Town FC, Elkan Baggott, yang menempati posisi bek tengah dengan postur tinggi menjulang, yaitu 194 cm.

Elkan Baggott dengan tinggi 194 cm nampak sangat mencolok di antara para rekannya di timnas U-19. | tribunnews.com
Elkan Baggott dengan tinggi 194 cm nampak sangat mencolok di antara para rekannya di timnas U-19. | tribunnews.com
Shin secara khusus mengungkapkan jika alasannya memilih pemain blasteran Indonesia-Inggris itu, salah satunya adalah karena tinggi badannya. Dengan postur nyaris mencapai 2 meter, Elkan bagaikan sosok Troll dalam kerumunan Hobbit.

Tinggi badan adalah fakta biologis yang sangat sulit untuk dirubah. Meski sudah ada suplemen dan cara khusus untuk meningkatkannya, akan tetapi tetap tidak mampu menambah tinggi badan secara signifikan. Sehingga pilihan Shin guna memanggil para pemain berpostur tinggi sangat logis dan beralasan.

Postur tubuh memang sudah sejak lama menjadi titik lemah timnas Indonesia. Bahkan tak jarang pula hal itu dijadikan sebagai kambing hitam atas kekalahan demi kekalahan yang diderita oleh skuat timnas Garuda, meski anggapan itu tak sepenuhnya benar.

Apakah kita pernah mendengar Jepang mengkambing-hitamkan tinggi badan saat kalah? Apa Messi pernah berkelit masalah postur tubuh saat dirinya gagal mencetak gol?

Ya, kelebihan postur tubuh memang memberikan keuntungan bagi pemain sepak bola, sebagaimana pemaparan saya di atas. Namun, tidak tepat ketika selalu menjadikannya sebagai penyebab dari serangkaian kekalahan.

Pemain berpostur tubuh besar tak selalu lebih baik dari mereka yang berpostur lebih kecil. Sepak bola terlalu rumit untuk sekadar mengatakan sebuah tim kalah karena postur tubuh. Penyebab kekalahan sebuah tim pun jauh lebih kompleks dari persoalan itu.

Taruhlah Barcelona di era Pep Guardiola. Ketika mereka berjaya dengan menyapu bersih semua trofi yang tersedia dalam semusim, skuat asuhan Pep mempunyai rata-rata pemain paling pendek di Eropa!

Dengan rata-rata tinggi badan hanya di kisaran 177 cm, skuat Barcelona mampu menutupi kekurangan postur tubuhnya melalui Tika Taka.

Permainan pass and move ala Pep pada awalnya diciptakan bukan sebagai senjata, melainkan untuk menutupi kekurangan postur tubuh para pemain Blaugrana yang sangat mungil untuk standart pemain Eropa.

Melalui gaya Tika Taka, Xavi dan kawan kawan dapat menimilasir kontak fisik dengan pemain lawan yang memiliki postur jauh lebih besar. Dan justru hal itulah yang menjadi senjata mengerikan bagi setiap lawan Barcelona saat itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun