Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gelar Habib dan Fanatisme

25 Mei 2020   15:37 Diperbarui: 14 November 2020   18:29 2869
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Habib Zein bin Umar bin Smith menunjukkan foto para sayyid di ruangan kerja Rabithah Alawiyah, Jakarta | Tirto.id

Sangat kontradiktif jika dibandingkan dengan metode yang diusung oleh Wali Songo yang sangat menjunjung tinggi akhlak mulia Nabi dengan mengusung semangat dakwah yang damai, lemah lembut dan toleran.

Selain itu juga akomodatif melalui asimilasi budaya yang diwarnai dengan ajaran tauhid. Sehingga Islam secara perlahan bisa membumi dan diterima oleh semua lapisan masyarakat tanpa kekerasan, sumpah serapah, apalagi pertumpahan darah.

Bukankah Islam mengajarkan umatnya untuk menebarkan keselamatan dan kedamaian?

Mereka memaksakan pemikiran eksklusifnya yang hanya mewakili sebatas kelompoknya saja, namun kerap dinarasikan seolah-olah menyuarakan mayoritas umat Islam seluruhnya. Sebagaimana aksi bela Islam, seakan menjadi upaya jihad seluruh muslim Indonesia sebagai perang suci, meskipun faktanya adalah gerakan politik dalam kemasan agama.

Sikap reaksioner dan militan mereka mafhum dijadikan tunggangan oleh elit politik yang haus kekuasaan, tentunya ada simbiosis mutualisme disana.

Sebagai minoritas mereka termasuk yang paling berisik, meskipun dari segi jumlah tidak ada apa-apanya jika dibanding dengan jamaah NU dan Muhammadiyah yang sejak dari kandungan sudah menjunjung nilai-nilai kebhinekaan.

Jika mereka mengaku Habib namun sama sekali tidak mencerminkan akhlak mulia Rasullullah, maka gelar itu tak ubahnya sebuah label keangkuhan belaka dan kemuliaan yang melekat akan gugur dengan sendirinya.

Memang benar, mencintai Ahli Bait atau Dzuriyah (keturunan) Nabi itu bagian dari ajaran Islam. Sehingga menjadi penting, dalam menentukan apakah seorang Habib layak dijadikan panutan atau tidak.

Berpedomanlah pada habaib yang dicintai dan mencintai, sekaligus menebarkan cinta dalam setiap dakwah dan perilakunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun