Mohon tunggu...
Reval ChristianSitorus
Reval ChristianSitorus Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis

Menulislah selagi engkau Muda

Selanjutnya

Tutup

Nature

Krisis Iklim, Pandangan Anak Muda

13 September 2020   14:48 Diperbarui: 13 September 2020   14:58 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Krisis iklim merupakan fenomena dimana terjadinya sebuah keadaan krisis pada masyarakat yang menyangkut keadaan iklim, dimulai dari perubahan  suhu rata-rata bumi yang meningkat seiring dengan berjalannya waktu, dan dapat diindikasikan dengan gas rumah kaca yang terjebak di lapisan Stratosfer. Dikatakan krisis karena terjadinya perubahan yang signifikan,dimulai dari keadaan lingkungan masyarakat, kondisi air bersih yang mulai sulit untuk tersedia, kondisi lingkungan masyarakat yang kumuh, hingga pada pendapatan masyarakat yang menurun.

Yang pertama adalah masalah efek rumah kaca. Yang saya ketahui tentang efek rumah kaca ini adalah bahwa rumah kaca adalah bangunan yang berbentuk rumah (tembok, atapnya) yang terbuat dari kaca. Rumah kaca digunakan sebagai tempat menanam sayur mayur, buah-buahan bahkan bunga atau tanaman lainnya. Suhu di dalam greenhouse akan terasa hangat meski saat itu sedang musim dingin. Rumah kaca bekerja dengan cara menangkap sinar matahari dan panas dari sinar matahari yang terperangkap di dalam bangunan agar udara tetap hangat. Jadi, pada siang hari suhu di rumah kaca semakin hangat dan pada malam hari suhu juga tetap hangat. efek rumah kaca adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan bumi memiliki efek seperti rumah kaca di atas dimana panas matahari terperangkap oleh atmosfer bumi. Gas-gas di atmosfer seperti karbondioksida (CO2) dapat menahan panas matahari sehingga panas matahari tersebut terperangkap di atmosfer bumi. Biasanya pada siang hari matahari menyinari bumi sehingga permukaan bumi menjadi hangat, dan pada malam hari permukaan bumi menjadi dingin. Namun karena efek rumah kaca, sebagian panas yang semestinya dipantulkan oleh permukaan bumi terperangkap oleh gas rumah kaca di atmosfer. Inilah mengapa bumi semakin hangat dari tahun ke tahun.

Dengan dampak efek rumah kaca inilah yang menjadi pemicu terjadinya pemanasan global (global warming). IPCC - atau Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim, badan ilmiah dunia yang bertanggung jawab atas fakta ilmiah perubahan iklim, memprediksikan bahwa emisi yang kita keluarkan sekarang akan membuat bumi lebih panas 1,5 derajat di tahun 2100. Beberapa pemodelan iklim dari ilmuwan iklim bervariasi, mulai dari 2 derajat hingga di atas 4 derajat Celcius pada tahun 2100

Sampah juga dapat menjadi penyumbang gas rumah kaca terbesar, emisinya berupa metana (CH4) dan karbondioksida (C02). Kontribusi sampah terhadap efek pemanasan global mencapai 15%. Diperkirakan 1 ton sampah padat menghasilkan 50 kg gas metana, dengan jumlah penduduk yang terus meningkat diperkirakan sampah yang dihasilkan per hari sektar 500 kg/hari atau 190 ribu ton sampah/tahun. Ini berarti gas metana yang sampai ke stratosfer sebanyak 9500 ton.

Siapa anak muda yang belum mengenal boba? Tentu sudah menjadi trend, tapi pernahkah kita membeli boba dengan menggunakan tumbler atau gelas kita sendiri? Tentu tidak, karena menggunakan wadah plastik yang mudah didapatkan dan konsumen tidak perlu kerepotan. Namun akibatnya adalah penumpukan sampah. Pengelolaan sampah yang terbaik adalah kesadaran diri, jadi mari kita ikuti trennya, tapi juga pintar-pintar mengetahui dampaknya. Bisa kita bayangkan bila tren minuman tersebut berlangsung lama tanpa ada proses daur ulang, berapa ton sampah plastik yang tersedia nantinya.

Fakta berikutnya, menurut data United Nations Environment Programme (UNEP) dibutuhkan 3.781 liter air untuk membuat 1 celana jeans, mulai dari produksi kapas hingga pengiriman produk ke pasar. Yang setara dengan 33,4 kilogram setara karbon. Masih 1 bayangkan jika 10? 100? 1000 bahkan? Apa yang akan terjadi? Berapa banyak liter air lagi yang akan digunakan?

Saran yang bisa diajukan, untuk mengantisipasinya yaitu gunakan mesin cuci filter fiber, jemur pakaian di bawah sinar matahari, gunakan pengaturan pencucian yang lebih dingin, dan belilah pakaian yang terbuat dari serat alami.

Yang paling menarik adalah pemanfaatan tumbuhan. Dimana dalam konsep sistem penyaring air deterjen, dari saluran sanitasi yaitu ke sumur resapan / berupa kolam dengan cara menanam kangkung atau sayuran eceng gondok. Berdasarkan hasil penelitian Suastuti, dkk (2015) yang Dimuat Dalam Jurnal KIMIA 9 (1), JANUARI 2015: 98-104 Yang Berjudul "PENGOLAHAN LARUTAN DETERJEN DENGAN BIOFILTER TANAMAN KANGKUNGAN (IPOMOEA CRASSICAULIS) DALAM SISTEM BATCH (CURAH) TERAERASI"  didapatkan kesimpulan bahwa (1) Tanaman kangkungan (Ipomoea crassicaulis) mampu menurunkan konsentrasi surfaktan pada sampel larutan deterjen sebesar 97,76 % selama 30 hari proses pengolahan. (2) . Tanaman kangkungan (Ipomoea crassicaulis) mampu menurunkan konsentrasi fosfat pada sampel larutan deterjen sebesar 90,77 % selama 30 hari proses pengolahan. Ada juga penelitian yang menyatakan bahwa emisi yang dihasilkan dapat kita serap dengan menanam 2 pohon mangga dan merawatnya minimal 6 tahun.

Kesalahpahaman yang tumbuh di masyarakat kita saat ini. Yaitu (1) menggunakan sedotan logam berarti menyelamatkan dunia, dijelaskan bahwa hal itu tidak mudah, berdasarkan penelitian bahwa energi yang digunakan untuk menghasilkan satu sedotan logam setara dengan energi yang digunakan untuk menghasilkan 90 sedotan plastik.

(2) menggunakan tas totebag berarti menyelamatkan bumi. Itu juga berlaku jika kita selalu tertarik lebih dari 1, bahkan lebih berarti konsumsi totebag meningkat, sehingga produksi meningkat. Jadi tidak bisa dikatakan menggunakan tas totebag, jadi aku menyelamatkan dunia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun