Mohon tunggu...
Dineshcara Anindita
Dineshcara Anindita Mohon Tunggu... Lainnya - Manusia Biasa I Fastabiqul Khoiroot

All is well

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cepu? Hmmm Enaknya Diapain Ya?

4 Agustus 2020   15:21 Diperbarui: 4 Agustus 2020   16:42 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bismillah.. Assalamualaikum temen-temen (dibacanya jangan ala2 youtuber Ria Ricis yaa hehe). Gimana nih kabarnya? Semoga selalu sehat ya di tengah pandemi inii.. Oiya.. Waktu baca judul, apa sih kira-kira yang muncul dibenak kalian? biasa aja, kesel, apa gimana? wkwk Oke, cukup basa basinya.. Selamat datang disinii..

Hmm.. Cepu ya.. Menurut kalian cepu itu apa sih? 

Menurut google, "Cepu" adalah orang yang hanya mementingkan dirinya sendiri dan suka mengadu domba orang lain. Waduh.. repot juga ya kalo domba di adu dengan sesama domba.. eh, salah ya? wkwk adu domba ini dalam pemaknaan yang lebih luas bukan hanya sebatas mengadu binatang domba. melainkan sebuah ungkapan yang bermakna mengabarkan keburukan seseorang kepada orang lain, saling menghasut, sehingga menimbulkan permusuhan. Dalam istilah Islam, adu domba ini disebut dengan namimah. Jadi, cepu adalah bahasa gaul dari adu domba, dimana misalnya ada satu orang yang membicarakan keburukan si A kepada si B, lalu iya juga membicarakan keburukan si B kepada si A, sehingga A dan B saling memusuhi akibat perkataan2 buruk mengenai masing-masing dirinya, yang bahkan belum tentu benar. Hukuman cepu dalam islam juga tidak main-main loh.. sebagaimana dalam sebuah hadist: “Dari Hudzaifah, beliau menerima laporan ada tukang adudomba. Ia mengatakan : aku mendengar Rasulullah bersabda, “Pelaku adu domba tidak akan masuk surga” (HR Muslim no. 303).

Ada sebuah kisah tentang seorang laki-laki yang hendak membeli seorang budak, tidak ada cacat sedikit pun dari si budak ini, melainkan kebiasaan buruknya yang suka mengadu domba. Akan tetapi, laki-laki ini meremehkan kebiasaan buruk si budak dan tetap membelinya. Hingga suatu ketika, saat laki-laki yang telah menjadi majikan si budak ini pergi, sang budak mulai menebarkan berita-berita buruk tentang majikannya kepada isteri majikannya. ia mengatakan bahwa sang majikan tidaklah mencintai isterinya dan telah menikahi perempuan lain selain isterinya itu. Ia pun berkata, bahwa jika sang isteri ingin mencegah hal itu, maka sang isteri harus mencukur beberapa helai bulu bagian bawah janggut sumainya menggunakan pisau cukur ketika suaminya tidur, dan menyimpan bulu-bulu tersebut bersamanya. Dengan mudahnya, sang isteri percaya begitu saja dan berniat untuk melakukan apa yang disarankan si budak. Disisi lain, saat majikannya kembali ke rumah, si budak kembali melancarkan jurus hasutnya kepada sang majikan. Ia berkata bahwa isteri majikannya itu memiliki kekasih lain dan berniat menyembelih majikannya. Ia juga menyarankan agar majikannya itu berpura-pura tidur untuk mencegah isterinya melakukan aksinya. Malam pun datang, isteri majikan sudah bersama dengan pisau cukur dan mendekati suaminya yang terlihat sudah tidur, padahal hanya pura-pura tidur. Ketika ia mulai mengarahkan pisau cukurnya ke arah janggut yang searah dengan leher, dan pisau cukur belum sampai janggut, sang suami bangun, bangkit berdiri dan langsung menyembelih isterinya. Lihatlah, betapa berbahayanya adu domba. Hanya dari liukan lidah si budak yang mengatakan berita-berita bohong, dapat menghancurkan kehidupan sepasang suami isteri, bahkan dapat menghilangkan nyawa salah satunya. Dampak adu domba/cepu yang dilakukan si budak ini tidak hanya berhenti pada meninggalnya sang isteri. Tetapi juga memicu perpecahan antara dua kubu keluarga. Saling menyalahkan, saling memberi tatapan benci, saling menghujat, bahkan saling menyimpan dendam. Sangat amat berbahaya jika perilaku cepu ini bertebaran di tengah masyarakat kita yang notaben menganut budaya ikut-ikutan tanpa tahu apa akibatnya. 

Dari menghindari perilaku cepu ini, kita juga dapat melatih diri untuk menghindari hoaks-hoaks yang bertebaran dengan menyaring informasi apapun yang sampai kepada kita. Sebagaimana yang termaktub dalam Al-Qur'an: “Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujurat: 6).

Terus gimana nih kalo ada yang nyepuin kita?

Cepu biasanya datang dari orang-orang di sekitar kita. Bisa teman, sahabat, atau bahkan keluarga sekalipun. Lalu, bagaimana jika kita di cepu-in oleh mereka-mereka yang kita percaya dan kita nggap baik? Tentunya banyak cara yang dapat dilakukan. Akan tetapi, pada hakikatnya, tidak mudah mengubah hati seseorang. Kita bisa menggunakan langkah-langkah yang halus agar meminimalisir penolakan. Ada beberapa cara, pertama, tunjukkan sikap tenang dan hanya balas senyum saat dia beraksi. Kalau dia mulai keterlaluan dan menjurus ke fitnah, kita stop aksinya tersebut dengan cara yang sopan dan tidak terkesan menyinggung perasaannya (biar bagaimanapun kita tetap harus menjaga perasaannya).  Atau mungkin kita sudahi dengan konklusi dari kita sebijak mungkin, misalnya, “Sudah, biarkan saja. Semoga Allah menjaga kita dari perbuatan buruk dan tetap berprasangka baik pada sesama saudara.” . Kedua, bersabar dan mendoakannya. Karena tugas kita hanya menyampaikan dan mendoakan, urusan hidayah, serahkan semuanya pada Allah SWT.

Sebagaimana dikisahkan, suatu ketika Shahib bin Ubbar salah seorang pejabat pemerintah Andalusia sedang di tempat duduknya. Tiba-tiba pelayannya masuk membawa secarik kertas dari seseorang yang berdiri di depan pintu, lalu Shahib bin Ubbad membacanya. Ternyata di dalamnya terdapat ungkapan yang panjang. Penulis surat meminta agar si pejabat tersebut mengambil harta dari anak yatim yang lemah. Dia ditinggal mati ayahnya sebatang kara di dunia ini. Ayahnya meninggalkan banyak harta dan kebun untuknya. Jika pejabat tersebut berkenan, maka dia dapat meletakkan kekuasannya pada harta tersebut dan tidak ada seorang pun yang melawannya. Lantas si pejabat menandatangani lembaran kertas tersebut dengan menuliskan kalimat berikut, “Sesungguhnya mengadu domba merupakan perbuatan yang buruk. Meskipun berupa nasihat yang baik. Orang yang telah meninggal semoga dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala, anak yatim semoga dicukup oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, harta benda semoga dikembangkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, sedang tukang adu domba semoga dilaknat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

Jadi, mari hindarkan diri dari hal-hal yang sebenarnya sia-sia dan tidak mendatangkan manfaat ya teman... Wallaahu a'lam Bishshowaab

See you next:)

Sumber: 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun