Pagi itu seperti biasa, pada hari-hari kerjanya Pak Pos berangkat dari rumah pukul 07.00 WIB. Di ruangan kantor pengolahan surat mulai ramai. Belasan orang duduk di deretan meja panjang, mereka sibuk merapikan tumpukan surat.
    Sebelumnya, petugas malam telah mengelompokkan surat-surat itu sesuai wilayah jelajah kekuasaan setiap pengantar surat.
    Sortir kasar surat campuran belum ditata berdasarkan alamat, lalu surat disortir halus berdasarkan alamat. Masing-masing pengantar surat jalan setiap hari lewat alamat yang dituju.Ditentukan mana yang lebih dulu di antar.
    Pak Pos sangat bersemangat memasukkan tumpukan surat ke kantong kain besar oranye. Dengan jaket oranye-hitamnya ia tampak bugar. Siap membuka hari sebagai pengantar surat PT. Pos.
    Di halaman kantor berjajar belasan sepeda motor warna oranye khas kantor Pos. Lengkap dengan logo warna hitam yang menggambarkan burung merpati Pos mengelilingi dunia. Sepeda motor menggantikan peran sepeda Pos yang khas dengan lonceng sepeda pada masa lalu.
    Dengan sepeda motornya Pak Pos menyusuri jalan---jalan utama, lalu menuju ke alamat penerima surat terdekat. Di Jalan Mekar Sari ia bertemu dengan Anton.
    "Ton, kalau Jalan Arum Sari VII nomor 300/195 Rt 07/Rw 11, sebelah mana ya?" tanya Pak Pos kepada Anton.
    "Dari sini terus saja lurus sampai ke ujung.Lalu belok kanan terus lagi sampai ke ujung.Nah, sesudah ada pertigaan belok kanan.."jawab Anton.
    Pak Pos mengikuti petunjuk Anton.Tetapi alamat yang dicari tidak ketemu.Lalu ia menghampiri Heru yang sedang main gitar di teras tempat kostnya.
    "Dik kalau Jalan Arum Sari VII nomor 300/195 Rt 07/Rw 11, sebelah mana ya?" tanya Pak Pos kepada Heru.
    "Dari sini belok kiri Pak, ada jalan kecil di sana,dari situ lurus saja." jawab Heru.