Ada yang berpendapat daripada dipaksa harus beli Pertamax Rp 10.200 per liter, mendingan premium naik Rp.1.500 dech atau jadi Rp 6.000 per liter. Soalnya apapun alasannya kenaikan BBM akan mendatangkan dimensi persoalan yang berpotensi sulit disolusi. BBM batal naik saja harga kebutuhan bahan pokok sudah merangkak. Jadi, tak ada jaminan tak akan terjadi kenaikan barang konsumtif, ketika sebagian pemilik mobil 1500 cc ke atas dipaksa beli Pertamax.
Jika benar kebijakan itu dilaksanakan, tunggu saja keribetan yang terjadi di ujung operasional. Pemakaian stiker bukan solusi, karena orang kita sudah piawai dalam memalsu dan menipu. Apalagi cuma buat stiker. Duit saja bisa dipalsu dengan kesamaan 90% dengan aslinya. Belum lagi berkongkalikong dengan petugas Pom Bensin. Bahkan akan terjadi pembelian premium dengan menggunakan mobil dibawah 1500 cc sebagai jerigen berjalan. Boleh dipastikan penjualan Premium di pinggiran jalan akan semakin marak.
Yang paling kasihan si Kamsuy tuh! Boro-boro buat beli Pertamax yang mahalnya lebih dari dua kali harga Premium, sedangkan untuk beli Premium saja dadanya masih suka mpot-mpotan. Soalnya, bukan apa-apa, yang jadi andalan adalah mobil butut 3.000 cc.
Sedangkan sekarang saja, pernah kejadian, mobilnya mogok diperjalanan waktu mau pulang ke Garut. Mau beli bensin, isi dompet sami mawon dengan tengki mobil, kering kerontang. Maka, dengan sedikit menyebut nama Tuhan, si Kamsuy nekad pipis di tengki mobil. Tapi aneh bin ajaib itu mobil bisa jalan lagi bahkan selamat sentosa hingga sampai rumahnya di Garut.
Ketika ditanya ke si Kamsuy, apa sich rahasia air kencingnya sampe bisa berfungsi seperti BBM. Kamsuy pun menjawab, “Makan saja semur jengkol yang banyak mas...!!!”..
Haaahhhh..!!!Semur jengkol?!! Entahlah, jawaban Kamsuy itu serius atau sekadar kelakar. Namun yang pasti, air seni mengandung sari jengkol yang bisa menjalankan mesin mobil itu, hingga detik ini masih menjadi misteri...!!!