Apa bedanya susu dan sapi?
Kalau susu adalah minuman sehat yang memiliki gizi dan protein tinggi, dihasilkan oleh sapi. Sedangkan sapi merupakan hewan pemeliharaan yang menghasilkan minuman yang disebut susu. Dengan kata lain sapi adalah produsen (pembuat) sedangkan susu merupakan produk ( yang dibuat) yang dihasilkan produsen.
Bila sehat kondisi sapi, maka akan menghasilkan susu yang sehat pula, begitu sebaliknya kondisi sapi tidak sehat maka juga akan menghasilkan produk yang tidak sehat pula. Maka bisa dibilang produk (buatan) akan meniru si produsennya ( pembuatnya).
Lalu bagaimana dengan Tuhan dan manusia ?
Tuhan adalah produsen sedangkan manusia adalah produk Tuhan. Lalu bagaimana seharusnya manusia ? Bisa jadi manusia juga tergantung pada si pembuatnya. Bila dipelajari dan diperhatikan dengan sungguh – sungguh, manusia sebagai makhluq Tuhan yang sempurna ternyata masih memiliki kekurangan maupun kelemahan.
Sebagaimana halnya antara susu dan sapi, apakah diantara Manusia dan Tuhan juga sama ?
Bila manusia suka bohong maupun menipu apakah Tuhan juga sama sebagai Pencipta yang suka bohong dan suka menipu. Atau jika kualitas manusia tidak baik berarti si Penciptanya pun juga kurang baik atau ada pengecualian khusus terhadap studi kasus semacam ini.
Maraknya penipuan dan berbagai kebohongan yang sering terjadi dalam hidup ini muncul dan kian meraja lela. Bahkan sering juga dilakukan oleh para pejabat, aparat penegak hukum, pengusaha bahkan ahli agama sekalipun. Menarik iuran (pajak) seenaknya, korupsi, pungli dan lain sebagainya. Sesering apapun yang mereka lakukan Tuhan akan memberikan balasannya, tapi kenyataannya secara riil justru berbeda dengan apa yang dikabarkan Tuhan tentang balasan melalui firmannya.
Mereka para penipu, koruptor dan penyilep uang sesamanya tetap leluasa berjalan dimuka bumi dengan berbagai kesenangan dan kebahagiaan, bahkan dengan segudang kemewahan. Lalu dimana bedanya antara manusia dengan Tuhan yang sering janji kepada hambanya, memberi kebahagiaan bagi orang yang berbuat baik dan suka menolong sesama. Begitu juga sebaliknya akan menghukum bagi orang = orang yang berbuat dzalim kepada sesama. Kapan Tuahan akan menepati janji – janji tersebut ataukah itu hanya janji yang berujung pada kebohongan atau dusta Tuhan pada hambanya.
Sebagai misal, tetangga saya adalah seorang islam jamaah tabligh atau biasa disebut jaulah. Setiap hidupnya penuh pengabdian kepada Tuhan-Nya dengan berjihad dan berdakwah. Namun sayang ketika beliau meninggal ternyata masih memiliki banyak hutang. Padahal janji Tuhan “barang siapa menolong agama-Nya, niscaya hidupnya pun akan ditolong oleh-Nya”. Lalu apa jaminan Tuhan akan menolong si hamba yang telah berjuang dijalan-Nya tersebut? Apa Tuhan lupa atau pura – pura lupa bahkan Tuhan telah ingkar janji?
Jelas dari pernyataan diatas semua serba repot, bagi keluarga yang ditinggalkan harus mencukupi hutang yang terhitung lumayan banyak. Disisi lain bagi yang telah meninggal masih menyisakan hutang didunia maka dialam akhirat nanti akan terhalang baginya untuk menempati hidup layak disana. Sekali