Mohon tunggu...
Kibtiyah Sri Rahayu
Kibtiyah Sri Rahayu Mohon Tunggu... Guru - Guru

Adalah seorang guru IPA yang saat ini masih aktif mengajar di SMPN 4 Jepara sejak tahun 2016.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penerapan Pembelajaran Sosial Emosional untuk Mengembalikan Fokus Siswa terhadap Materi Pembelajaran

5 Desember 2022   10:45 Diperbarui: 5 Desember 2022   11:13 1083
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pembelajaran sosial dan emosional (PSE) adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa disekolah memperoleh dan meenerapkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional agar mendapatkan kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, ketrampilan berelasi dan pemgambilan keputusan yang bertanggung jawab. Dalam hal ini, ada 4 indikator pembelajaran sosial emosional yang berkaitan dengan kelas dan sekolah, yaitu pengajaran eksplisit, integrasi dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik, Penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah, penguatan KSE pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) di sekolah.

Pengajaran eksplisit KSE dapat dilaksanakan dalam bentuk berbagai proyek, acara atau kegiatan sekolah yang rutin untuk mengajarkan kompetensi sosial dan emosional secra eksplisit. Untuk mengintegrasikan KSE dalam praktek pembelajaran, tujuan kompetensi KSE dapat diintegrasikan dalam konten pembelajaran dan strategi pembelajaran pada materi akademik maupun non akademik.

Pada kegiatan pembelajaran dikelas yang telah saya lakukan, PSE yang saya tebalkan adalah kesadaran diri dan kesadaran sosial. Pembelajaran dapat  dimulai dengan kegiatan rutin seperti biasanya yaitu berdoa, menyanyikan lagu Indonesia Raya, mengecek kehadiran siswa dan sebagainya. 

Pada hari itu, saya membahas mengenai PR yang saya berikan pada pertemuan sebelumnya. Beberapa siswa yang belum memahami mengajukan pertanyaan dan saya merespon pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan memberikan penjelasan secara individu maupun klasikal. Setelah mendapatkan penjelasan mereka kemudian menyelesaikan soal latihan. 

Dari pengamatan yang saya lakukan, terdapat siswa yang kurang antuasis dalam melaksanakan kegiatan tersebut. Oleh sebab itu saya bertanya tentang perasaannya. Siswa tersebut menjawab capek karena telah melaksanakan beberapa aktifitas. 

Pertanyaan yang saya ajukan tadi saya ulangi untuk ditanyakan pada semua siswa yang ada di kelas tersebut. Siswa ada yang menjawab capek, lelah, pusing, ngantuk dan lain sebagainya. Kegiatan yang saya lakukan ini diharapkan dapat memicu kesadaran diri dengan mengidentifikasi emosi-emosi dari dalam diri.

Dengan situasi tersebut saya mengajak siswa untuk melakukan jeda dengan tujuan untuk mengembalikan kesadaran penuh dengan teknik STOP. Teknik ini dilakukan kapan saja dan dimana saja tanpa membutuhkan peralatan. Siswa saya ajak untuk berhenti sejenak untuk melakukan teknik STOP dengan mengambil posisi duduk yang rileks, mengambil nafas dan mengeluarkan nafas, serta merasakan semua anggota tubuh dan pikiran. Pada awal melakukan kegiatan ini, masih ada beberapa siswa yang memperhatikan temannya. Siswa tersebut saya ajak untuk memperhatikan dirinya dengan melakukan STOP. Pada akhirnya semua siswa melakukan kegiatan STOP walaupun masih ada yang kurang menjiwai dalam mengenali diri sendiri. Keheningan sudah mulai terasa di kelas tersebut dengan masing-masing anak merasakan sensasi serta mengenali tubuh dan pikiran mereka.

Setelah mengambil jeda dengan melaukan teknik STOP, pembelajaran dilanjutkan lagi seperti biasa. Hasil yang didapat, sebagian besar sudah melaksanakan aktifitas dengan semangat serta mampu meningkatkan PSE pada kesadaran dirinya. Selain itu, saya amati ada siswa yang tertidur setelah melakukan STOP. Siswa yang tertidur tadi saya amati pada saat melakukan aktifitas STOP sangat menghayati. Hal ini memberikan saya sebuah refleksi untuk meninjau kembali teknik STOP yang saya berikan sudah sesuai prosedur atau belum. Dengan demikian saya harus terus belajar merefleksi setiap kegiatan pembelajaran yang saya lakukan.

Indikator berikutnya dalam implementasi PSE adalah menciptakan iklim kelas dan budaya sekolah. Lingkungan yang memprioritaskan kualitas relasi antara guru dan siswa adalah salah satu indikator utama dalam menciptakan iklim kelas dan  budaya sekolah. Sikap saling percaya akan menumbuhkan perasaan aman dan nyaman bagi siswa dalan mengekspresikan dirinya. Siswa akan lebih berani bertanya, mencari tahu, berpendapat , mencoba dan berkolaborasi sehingga mereka memiliki kesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya secraa lebih optimal.

Penguatan kompetensi sosial dan emosional pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah menjadi salah satu indikator penting dalam pembelajaran sosial emosional. Pada aksi nyata ini, saya juga membagikan pengalaman saya dalam menerapkan KSE di kelas dan juga berusaha mengajak rekan teman sejawat guru untuk dapat mengintegrasikan PSE ini dalam pembelajaran pada mapel mereka masing-maising. Harapannya PSE ini akan menjadi sebuah kebiasaan baik disekolah sehingga dapat meningkatkan kompetensi siswa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun