ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) yang meningkat di Indonesia. Benar saja, hasil pemeriksaan dari dokter, si kecil terkena ISPA. Beruntung hasil pemeriksaan paru-parunya dengan stetoskop tidak ada masalah. Pula, dokter tidak menyarankan untuk buru-buru mengambil tindakan rontgen atau ct scan pada si kecil.
Dua bulan yang lalu tepatnya awal hingga pertengahan September si kecil sakit. Pada waktu itu juga media marak memberitakan kasus pasien penyakitSi kecil mengalami batuk, pilek, demam, bahkan radang. Dokter meresepkan obat batuk, obat pilek, obat demam, obat radang, vitamin, dan antibiotik. Durasi sakit si kecil terbilang periodik selama hampir 3 minggu. Batuk-sembuh, batuk-sembuh, dan kambuh lagi. Beberapa kali saya mengunjungi dokter dalam proses penyembuhan si kecil. Pada akhir September si kecil sudah pulih dan kembali beraktivitas seperti sedia kala serta dinyatakan sembuh.
Bahagia melihat si kecil sembuh, namun melihat fisiknya yang nampak kurus pasca sakit membuat saya sebagai orang tua merasa bersalah. Berat badan si kecil turun drastis mendekati 1 kilogram. Padahal, pada usianya yang masih balita, kenaikan berat badannya saat dalam kondisi fit saja terbilang seret. Nah ini, cepat sekali angka berat badannya terjun payung walaupun masih dalam kategori garis hijau. Selama sakit, si kecil ogah-ogahan makan dan lebih memilih menghabiskan waktunya dengan tidur. Bisa jadi tidur menjadi obat mujarabnya untuk melawan rasa sakit saat radang tenggorokan. Pola makan benar-benar bisa dibilang ancur-ancuran saat itu.
Hemat saya, sungguh suatu pencapaian terbaik saya sebagai orang tua apabila si kecil memiliki berat badan dan tinggi badan yang ideal. Setelah si kecil sembuh, tugas saya berikutnya adalah berupaya memulihkan berat badannya yang mengalami penurunan saat sakit.
Setelah sembuh dari sakit, tubuh harus bekerja keras untuk memperbaiki dan membangun kembali jaringan yang rusak. Oleh karena itu, setelah si kecil sehat hindari makanan dan minuman pencetus atau pemicu munculnya sakit lagi. Penting bagi orang tua untuk benar-benar menaruh perhatian pada makanan dan minuman apa yang menjadi asupan gizi anak.
Selang satu bulan, pada akhir Oktober bulan kemarin, berat badan si kecil naik 2 kilogram dari berat badannya saat baru saja sembuh. Berbagai upaya coba saya lakukan di tengah gempuran kelabilan mood dan tantrum si kecil.
Berat badan anak yang tidak ideal khususnya pasca sakit bisa mengganggu tumbuh kembangnya. Masa pertumbuhan dan perkembangan gemilang anak-anak harus terus dalam pantauan orang tua. Berikut beberapa upaya yang dapat dilakukan orang tua untuk mengatasi penurunan berat badan anak, diantaranya:
Benahi jadwal makan
Bisa dengan pola 7-1-7 yakni sarapan sekitar pukul 7 pagi, makan siang sekitar pukul 1 siang, dan makan malam sekitar pukul 7 malam. Porsi makan anak tidak langsung banyak apalagi dalam proses pemulihan dari sakit. Upaya peningkatan porsi makan bisa sedikit demi sedikit ditambah dan terpenting disiplin tidak melewatkan jam makan.
Selain itu, orang tua harus membatasi jumlah minum pada saat anak makan karena anak akan cepat merasa kenyang sehingga kebutuhan kalori harian pun tidak tercapai.
Perhatikan isi piring