Mohon tunggu...
khumaediimam
khumaediimam Mohon Tunggu... Wiraswasta - Teruslah menebar kebaikan, karena kebaikan yang mana yang diridhai, tiada kita tahu

Menulis Atau Mati.....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filosofi Anak dalam Bahasa Jawa

29 Agustus 2020   09:46 Diperbarui: 29 Agustus 2020   09:45 968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: SDTQ Al-Ikhlas Brebes.

Salah satu anugerah terindah yang diberikan Tuhan kepada sebuah pasangan suami istri adalah seorang anak. Kehadirannya banyak dinanti, apalagi bagi pasangan pengantin baru. Begitu juga pengantin lama. Anak menjadi pelengkap sebuah keluarga. 

Hampa rasanya, sebuah rumah tangga tanpa hadirnya seorang anak. Maka terkadang, berbagai cara dan ikhtiar pun dilakukan oleh pasangan suami isteri demi memperoleh seorang anak.

Anak yang telah diharapkan kehadirannya, tentulah anak-anak yang baik, anak yang berbakti kepada kedua orang tua, nusa bangsa dan agama (baca:soleh). Tak satu pun orang tua di dunia ini mengharapkan kehadiran seorang anak yang nakal, bandel, berani kepada orang tuanya atau anak yang durhaka. 

Tapi, kenyataannya banyak anak anak di dunia ini, justru pada akhirnya durhaka kepada orang tuanya sendiri. Meskipun fitrah anak ketika dilahirkan itu adalah suci, layaknya kertas putih.

Dalam falsafah Jawa, anak itu diklasifikasikan minimal dalam empat golongan. Pertama, Anak itu "Nak" yang berarti "ngepenaki" (mengenakkan). Nyata, dalam kehidupan sehari-hari kita jumpai model anak yang demikian. Anak itu betul-betul 'ngepenaki' orang tuanya. 

Taat dan patuh kepada orang tuanya, penurut dan tidak pernah membantah atau melawan orang tuanya. Termasuk berbakti, mau mengasuh orang tuanya dalam kondisi apapun hingga ahir hayatnya. Inilah filosifi anak itu disebut 'Nak'.

Foto: SDTQ Al-Ikhlas Brebes.
Foto: SDTQ Al-Ikhlas Brebes.
Kedua, Anak itu "Nik". Anak itu jadi pernak-perniknya sebuah keluarga. Keluarga tanpa adanya anak, ibarat rumah tanpa pernak-pernik. Ditambah lagi dengan nilai plus, prestasi anak, akan menambah pernak-pernik bagi orang tuanya.

Anak ibarat emas, intan permata yang beragam. Antara anak yang satu dengan lainnya, masing-masing berbeda. Ada kelebihan, ada kekurangannya sendiri-sendiri. Namun, semuanya tetap menyenangkan.

Ketiga, Ada kalanya Anak itu "Nek". Nek artinya ngeneki, selalu bikin kesel, bikin masalah buat orang tuanya. Disekolahin, malas. Dipondokin tidak betah, disuruh belajar, susah. Disuruh, ngeyel. Selalu membuat orang tua tidak tenang, banyak onar. Sering mencemarkan atau mencoreng nama baik orang tua, karena perilakunya. Tak sedikit orang tua yang merasa 'enek' bahkan merasa kewalahan, mengurusinya lagi.

Keempat, lebih parah lagi Anak dengan filosofi "Nuk". Sering "nganuki", menyakiti bahkan menganiaya orang tuanya sendiri. Baik aniaya secara batin maupun secara dzohir atau fisik. Dan kini, hal itu sudah sering kita jumpai. Banyak anak yang dengan tega, menganiaya orang tua kandungnya, bahkan membunuhnya.

Inilah beberapa filososi Anak menurut Jenisnya. Nak, Nik, Nek, Nuk. Dan semua jenis itu sesungguhnya tersirat dalam kitab suci Al-Qur'an. Meski kita orang tua, kita juga termasuk anak, karena kita semua terlahir dari rahim seorang ibu. Kalau harus jujur, pada jenis yang manakah kita sebagai seorang anak? Anak yang Nak, Nik, Nek ataukah yang Nuk?

Imam Chumedi, KBC-28

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun