Mohon tunggu...
Khotimatu Hasanah
Khotimatu Hasanah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi jurusan psikologi

saya adalah mahasiswi jurusan psikologi di Universitas Islam Negri Malang

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Alasan Kepala Terasa Pusing Ketika Trauma Tidak Sengaja Terulang Lagi

11 Mei 2024   15:00 Diperbarui: 11 Mei 2024   15:03 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pada beberapa kasus, trauma benturan pada kepala mungkin tidak langsung menyebabkan sensasi pusing pada saraf. Sensasi pusing sering kali terjadi karena gangguan pada sistem vestibular dalam telinga dalam, yang bertanggung jawab atas keseimbangan dan orientasi tubuh. Jika benturan kepala tidak secara langsung memengaruhi area ini, maka sensasi pusing mungkin tidak terjadi, Setiap individu memiliki toleransi dan respons yang berbeda terhadap cedera kepala. Beberapa orang mungkin merasakan sensasi pusing sebagai respons terhadap trauma benturan, sementara yang lain mungkin tidak mengalami gejala tersebut. Hal ini dapat memengaruhi prognosis dan perjalanan pemulihan seseorang setelah mengalami cedera kepala. 

Cara cedera kepala terjadi dapat mempengaruhi tingkat keparahan cedera. Misalnya, cedera kepala yang disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor atau jatuh dari ketinggian cenderung lebih serius daripada cedera ringan seperti terbentur benda ringan. Intensitas dan kekuatan benturan yang dialami seseorang juga dapat memengaruhi tingkat keparahan cedera kepala. Cedera yang disebabkan oleh benturan yang lebih kuat atau kecepatan yang lebih tinggi umumnya akan menyebabkan kerusakan yang lebih serius pada jaringan otak. Intensitas dan kekuatan benturan yang dialami seseorang juga dapat memengaruhi tingkat keparahan cedera kepala. Cedera yang disebabkan oleh benturan yang lebih kuat atau kecepatan yang lebih tinggi umumnya akan menyebabkan kerusakan yang lebih serius pada jaringan otak.Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2005, cedera kepala adalah faktor risiko utama yang paling sering terkait dengan perkembangan epilepsi di masa mendatang, dengan presentase sebesar 92%. Ini merupakan angka yang lebih tinggi dibandingkan dengan penyakit lain seperti infeksi pada sistem saraf pusat (seperti abses, ensefalitis, dan meningitis bakterial), tumor, dan kelainan kongenital.

Adapun tingkat keparahan cedera kepala mencakup beberapa aspek yang penting untuk dipertimbangkan, yakni Terdapat berbagai skala yang digunakan untuk menilai tingkat keparahan cedera kepala, seperti Skala Glasgow Coma (GCS) yang mengukur respons motorik, respons verbal, dan respons mata pasien. Skala ini membantu dalam menentukan tingkat kesadaran pasien dan memberikan petunjuk awal tentang keparahan cedera. Cedera kepala dapat diklasifikasikan menjadi cedera kepala ringan, sedang, atau berat tergantung pada gejala dan temuan pada pemeriksaan fisik atau pencitraan otak. Ini memungkinkan profesional medis untuk menentukan pendekatan terbaik dalam pengelolaan cedera tersebut. Tingkat keparahan cedera kepala juga dapat ditinjau dari dampak fungsionalnya terhadap kehidupan sehari-hari pasien. Ini termasuk kemampuan pasien untuk beraktivitas, berkomunikasi, dan melakukan fungsi-fungsi kognitif dan motorik lainnya, untuk mempertimbangkan komplikasi jangka panjang yang mungkin timbul akibat cedera kepala yang parah. Ini termasuk risiko perkembangan gangguan neurologis seperti epilepsi, gangguan kognitif, gangguan motorik, dan masalah psikososial. Tingkat keparahan cedera kepala juga memengaruhi prognosis dan perjalanan pemulihan pasien. Cedera kepala yang lebih berat cenderung memiliki prognosis yang lebih buruk dan memerlukan perawatan dan rehabilitasi yang lebih intensif untuk mencapai pemulihan yang optimal.

Ketika seseorang mengalami trauma kepala yang tidak disengaja dan terulang, Trauma kepala dapat menyebabkan perubahan fisik dalam tubuh, termasuk pelebaran pembuluh darah, peradangan, atau peningkatan tekanan intrakranial. Reaksi fisiologis ini bisa memicu sensasi pusing karena otak dan sistem saraf mencoba untuk menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi internal yang disebabkan oleh cedera. Sistem vestibular dalam telinga dalam bertanggung jawab atas keseimbangan tubuh. Trauma kepala dapat mengganggu fungsi sistem vestibular ini, menyebabkan sensasi pusing atau rasa tidak seimbang. Cedera kepala bisa mengganggu keseimbangan zat kimia di otak, seperti neurotransmitter, yang mempengaruhi regulasi mood, emosi, dan persepsi sensorik. Perubahan ini dapat menyebabkan sensasi pusing sebagai respons terhadap trauma.

Trauma kepala juga bisa memicu stres emosional dan psikologis yang dapat memperburuk sensasi pusing. Faktor-faktor seperti ketakutan, kecemasan, atau stres setelah mengalami trauma kepala dapat memengaruhi persepsi seseorang terhadap sensasi tubuh mereka, termasuk sensasi pusing. Selain itu juga Trauma kepala yang terulang dapat menyebabkan kerusakan tambahan pada jaringan otak. Setiap cedera tambahan dapat memperburuk kondisi yang sudah ada dan memicu gejala baru seperti pusing. Trauma kepala dapat mengganggu fungsi sistem vestibular dalam telinga dalam, yang bertanggung jawab atas keseimbangan tubuh. Jika sistem ini telah terganggu akibat trauma sebelumnya, trauma kepala yang terulang dapat memperparah gangguan tersebut dan menyebabkan sensasi pusing, Cedera kepala, terutama yang terjadi secara berulang, dapat memengaruhi keseimbangan zat kimia di otak, seperti neurotransmitter. Perubahan ini bisa memicu sensasi pusing sebagai respons terhadap trauma. Penting untuk dicatat bahwa sensasi pusing setelah trauma kepala yang terulang bisa menjadi tanda peringatan yang serius dan perlu diperhatikan. Jika sensasi pusing berlanjut atau memburuk, atau jika disertai dengan gejala lain seperti sakit kepala parah, mual, atau kebingungan, segera berkonsultasi dengan profesional medis untuk evaluasi dan pengelolaan yang tepat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun