Oleh: Kholilul Rohman Ahmad Abdullah
Mahasiswa Magang Universitas Negeri Malang
Blitar - Surat kabar lama bukan sekadar kertas usang yang disimpan di rak koleksi. Di balik lembaran yang rapuh itu, tersimpan potongan sejarah bangsa, catatan peristiwa penting, serta jejak pemikiran dan perjuangan tokoh-tokoh besar Indonesia. Salah satunya adalah Bung Karno, sang Proklamator.
Sebagai mahasiswa magang di UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno yang berada di bawah naungan Perpustakaan Nasional RI, saya berkesempatan terlibat langsung dalam upaya pelestarian koleksi surat kabar lama yang berkaitan dengan Bung Karno. Koleksi ini diperoleh dari berbagai sumber, termasuk dari Yayasan Idayu yang telah menyumbangkan dokumen-dokumen penting bernilai historis tinggi.
Proses pelestarian dilakukan melalui dua langkah utama: perbaikan fisik dan alih media digital. Dalam tahap perbaikan, surat kabar lama dibersihkan, dinetralkan dari zat asam melalui proses deasidifikasi, lalu diperkuat menggunakan tisu Jepang dan lem khusus Carboxy Methyl Cellulose (CMC). Setelah itu, dokumen dikeringkan dan ditempel pada kertas HVS yang sudah diberi identitas seperti tanggal terbit, halaman, dan nama surat kabar. Tahap berikutnya adalah proses digitalisasi, di mana surat kabar dipindai menggunakan scanner CZUR, diedit dengan perangkat lunak, dikonversi ke format PDF, diberi watermark resmi, lalu disusun menjadi flipbook untuk akses daring.
Pelestarian surat kabar lama bukan pekerjaan sederhana, melainkan bentuk tanggung jawab dan kecintaan pada warisan dokumenter bangsa. Di balik lembaran-lembaran tua itu, ada suara zaman yang tak boleh hilang ditelan waktu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI