Mohon tunggu...
Kholil Rokhman
Kholil Rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - IG di kholil.kutipan

Manata hati merawat diri

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kala Sepak Bola dan Politik Menari Bersama

21 Oktober 2017   00:10 Diperbarui: 21 Oktober 2017   01:22 2343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
footballtripper.com

Kumis tebal, badan tegap, dengan rentetan bintang di pundak. Kesan yang bisa menggambarkan setangguh apa lelaki yang lahir pada 2 Agustus 1925 ini. Namanya Jorge Rafael Videla. Komandan senior Angkatan Darat Argentina.

Dia, seperti dikutip wikipedia, disebut sebagai diktator pemerintahan Argentina dalam rentang tahun 1976-1981. Namanya menyeruak sebagai otak dari coup d'etat pada Isabel Martinez de Peron.

Kala tak lagi jadi pemimpin tertinggi Argentina, satu per satu boroknya diungkap. Kala menjadi pemimpin, 30 ribu pembangkang politik dilenyapkan Videla. Penyiksaan dikabarkan dilakukan di kamp konsentrasi rahasia.

Saat Videla memimpin, mendung seperti erat dengan langit Argentina. Gambaran tentang kesenduan tersebar di seantero jagat. Di tengah pilu saat Videla memimpin, Argentina jadi tuan rumah Piala Dunia 1978.

Mungkin FIFA tak akan mengira jika Argentina menjadi begitu mengerikan di masa jelang dan usai Piala Dunia 1978. Sebab, FIFA memutuskan Argentina jadi tuan rumah Piala Dunia 1978 pada tahun 1966. Tahun di mana publik Argentina menggandrungi Juan Peron, tokoh mereka waktu itu.

Bahkan, logo Piala Dunia 1978 terinspirasi dari gesture Peron, dengan dua tangan yang diangkat sedikit di atas kepala. Peron mewariskan logo Piala Dunia 1978, tapi kala itu Argentina sudah dipimpin Videla. Sekadar latar saja, Isabel Martinez de Peron yang dikudeta Videla adalah istri Juan Peron.

Kengerian jelang Piala Dunia 1978 sudah merebak. Johan Cruyff, bintang Belanda di Piala Dunia 1974, memutuskan tak ikut serta ke Argentina. Kabarnya, pemilik nomor punggung 14 itu diteror habis-habisan, hingga dia memilih tak ikut ajang sepak bola terakbar sejagat.

Pada dunia, Videla ingin membuktikan bahwa negerinya aman dengan menggelar Piala Dunia 1978. Pada dunia, Videla juga ingin membuktikan bahwa Argentina adalah negeri sepak bola, tak bisa dianggap sebelah mata oleh tetangga mereka, Brasil. Videla ingin menaikkan ratingnya di dunia perpolitikan dunia melalui keberhasilan Argentina di sepak bola.

Bahkan, karena ingin sukses sebagai tuan rumah dan juara, Videla diduga mengintervensi piala dunia. Kala itu, di partai penentu, Argentina bertemu dengan Peru. Untuk bisa main di final, Argentina harus menang dengan skor 4-0. Sebab, beberapa jam sebelumnya, Brasil menang 3-1 atas Polandia. Sehingga Brasil memiliki selisih gol 6-1.

Argentina, sebelum melawan Peru, memiliki selisih gol 2-0. Maka, butuh empat gol tanpa balas agar Mario Kempes dkk bisa lolos ke final. Jelang laga, Videla dikabarkan masuk ke ruang ganti pemain Peru. Sesuatu yang pasti dikaitkan dengan hasrat Videla agar Argentina juara, agar Peru mau mengalah dengan skor besar.

Pertandingan pun berjalan. Di babak pertama, Argentina unggul dengan skor 2-0. Kala itu, Peru sebenarnya tetap membutuhkan sentuhan ajaib salah satu pemain terbaiknya, Jos Velsquez. Namun anehnya, Velsquez justru ditarik keluar di babak kedua. Kekuatan Peru pincang. Kapten Peru, Hctor Chumpitaz juga ditarik keluar. "Tidak ada alasan untuk menggantiku. Saya selalu menjadi bagian penting dalam tim kami. Jadi apa yang bisa dipikirkan seseorang tentang kejadian ini?" kata Hctor Chumpitaz seperti dikutip dari Thesefootballtimes.com.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun