Di era digital ini keberadaan media sosial tidak hanya membawa kemudahan berkomunikasi, tetapi juga beban psikologis yang serius. Salah satu fenomena yang semakin meluas adalah FOMO atau Fear Of Missing Out. Ini adalah kecemasan yang melanda banyak orang, khususnya generasi muda yang takut tertinggal dari informasi terbaru, tren, atau kegiatan yang dianggap populer oleh orang lain. Awalnya, FOMO mungkin tampak seperti sekadar kecemasan sepele. Namun, bila dipelajari lebih dalam, ini adalah cermin dari kebutuhan manusia untuk diakui dalam sebuah kelompok. Munculnya FOMO tidak hanya terkait dengan media sosial, tetapi juga dengan dorongan manusia untuk merasa relevan dan diakui oleh orang lain. Dalam upaya untuk mendapatkan validasi sosial, orang sering kali terjebak dalam perangkap FOMO, menghabiskan waktu berjam-jam untuk memeriksa media sosial, merasa tidak cukup saat membandingkan kehidupan mereka dengan orang lain, dan akhirnya mengalami kelelahan mental yang serius.
Gejala FOMO tidak dapat diabaikan. Masyarakat yang terus-menerus merasa perlu untuk selalu terhubung dengan apa yang terjadi di sekitar mereka melalui media sosial dapat mengalami berbagai masalah kesehatan mental, mulai dari kecemasan hingga depresi. Mengapa kita sampai pada titik ini? Salah satunya adalah karena penggunaan media sosial yang kurang bijak. Penting bagi kita semua untuk menyadari bahwa kehidupan yang dipresentasikan di media sosial sering kali bukan cerminan dari kehidupan sehari-hari. Orang cenderung memposting momen-momen bahagia dan sukses bukan kesulitan dan kegagalan mereka. Oleh karena itu, melibatkan diri dalam kegiatan yang memuaskan dan menciptakan hubungan yang sehat dengan dunia nyata jauh lebih berharga daripada terus-menerus mencari validasi dari orang lain di dunia maya. Selain itu, penting juga untuk mengenali gejala FOMO dan mengatasinya dengan bijak. Mengurangi waktu yang dihabiskan di media sosial, menghargai momen-momen kecil dalam hidup, dan fokus pada hubungan yang nyata dapat membantu mengurangi tekanan yang ditimbulkan oleh FOMO. Kesadaran akan dampak negatif dari FOMO adalah langkah pertama menuju kesehatan mental yang lebih baik.
Dalam menghadapi maraknya gaya hidup FOMO, penting bagi kita semua untuk memahami bahwa kebahagiaan sejati tidak dapat diukur dari seberapa banyak informasi atau kegiatan yang kita ikuti. Sebaliknya, kehidupan yang bermakna dan memuaskan dapat ditemukan dalam keberadaan diri kita sendiri di luar layar gadget dan di antara hubungan nyata yang kita miliki. Jadi, mari tinggalkan ketakutan ketinggalan ini dan mulailah menghargai kehidupan yang apa adanya. Di tengah sorotan penuh warna di media sosial, perasaan ini muncul ketika kita melihat teman-teman kita merayakan momen-momen hebat, merasakan kebahagiaan, dan terlibat dalam kegiatan seru. Seolah-olah kehidupan mereka begitu mengagumkan dan kita merasa perlu ikut serta atau bahkan melampaui apa yang mereka lakukan.
Namun, berita baiknya adalah kita bisa memutuskan rantai kecemasan ini. Bagaimana caranya? caranya dengan memulai petualangan penemuan diri yang menakjubkan dan merangkul kehidupan di luar layar. Langkah pertama yang mengasyikkan adalah membatasi waktu di dunia maya. Berlama-lama dalam riuhnya media sosial mungkin tampak menyenangkan, tetapi pada akhirnya kita akan merasa kehilangan. Tidak ada yang salah untuk memberikan waktu untuk diri kita beristirahat dari deru dunia maya sambil mengembangkan kehidupan nyata yang penuh makna. Saatnya membuka mata dan hati pada realitas hidup. Temukan kecantikan dalam kecilnya momen-momen dalam obrolan tulus dengan teman-teman atau dalam matahari terbenam yang indah. Kita bisa membangun hubungan yang mendalam dengan orang-orang di sekitar kita dan menciptakan kenangan yang tak ternilai tanpa perlu menyengsarakan diri dengan membandingkan diri sendiri dengan orang lain di media sosial.
Berani melangkah keluar dari zona nyaman, mulailah mengeksplorasi dunia luar. Temukan hobi yang memikat hati, olahraga yang menggairahkan jiwa atau seni yang mengajak kita merenung. Aktivitas-aktivitas ini tidak hanya membuat kita merasa hidup, tetapi juga membawa kepuasan dalam pencapaian diri yang sejati, jauh dari sorotan dunia maya yang kadang membingungkan.
Selain itu, saat-saat diam yang penuh kedamaian juga penting. Belajarlah meditasi dan mindfulness, membuka pintu pada kehadiran saat ini. Dalam ketenangan, kita menemukan kekuatan untuk menerima diri sendiri tanpa harus memperbandingkan prestasi dan penampilan dengan orang lain. Jika FOMO datang menghampiri, jangan biarkan ia merajalela. Bicarakan perasaan-perasaan ini dengan orang-orang terdekat atau jika perlu berkonsultasilah dengan seorang terapis yang bisa memberikan pandangan objektif. Berani menghadapi emosi adalah langkah besar menuju kebebasan dari ketakutan ini.
Jadi, mari merangkul keunikan kita masing-masing dan melangkah ke dunia dengan kepala tegak. Kita tidak perlu menyamai kehidupan orang lain untuk merasa bahagia atau sukses. Dalam perjalanan pencarian jati diri ini, kita akan menemukan keindahan dan kebahagiaan yang sejati. Saat kita berhenti mencari validasi di media sosial, kita akan menemukan kekuatan sejati dalam keberadaan kita sendiri. Selamat menjelajahi kehidupan yang sesungguhnya, jauh dari perangkap FOMO yang mengancam kebahagiaan kita.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI