Tradisi di bulan Ramadhan di kampungku adalah "nyekar" yang biasanya dilakukan sehari sebelum puasa Ramadhan dimulai, tradisi ini sudah turun-temurun dilakukan di Kampungku, yang mana tujuan "nyekar" ini adalah untuk mendoakan arwah keluarga yang telah berpulang kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Dalam ritual "nyekar" ini juga dilakukan dengan kegiatan bersih-bersih di lokasi makam dan sekitarnya.Â
Sementara para ibu di rumah mempersiapkan masakan untuk acara selamatan yang disebut dengan "megengan". Megengan, berasal dari kata ageng Jawa, artinya besar. Sedangkan kemudian orang Jawa menyebutnya dengan selamatan megengan . Yang artinya selamatan "menyambut bulan Ramadhan yang agung".
"Mbok Yo rodok kalem titik, ( mbok ya  agak pelan ), begitu komentar warga tiap Ramadhan tiba, namun selalu bergeming dengan komentar warga, pak Huda, begitu beliau biasa dipanggil, tetap saja dengan kebiasaannya, namun, lama kelamaan, warga seolah sudah terbiasa dengan suara pak Huda, hingga di suatu waktu beliau tidak lagi membangun kan orang untuk sahur, banyak sekali warga yang bertanya-tanya, "Kemana pak Huda, kok sudah agak lama tidak dengar suara nya". Usut punya usut ternyata pak Huda lagi sakit, warga pun mendoakan beliau agar segera sehat dari sakitnya, sepi katanya.
Begitulah pak Huda ada di hati warga kampung ku, setelah sembuh, beliau beraksi lagi, tapi kali ini suaranya agak lebih lembut, dengan tempo pengulangan, lima belas menit, jadi gak lagi terlalu sering. Dan warga menikmati hal itu.
Bahkan setiap Minggu terakhir bulan Ramadhan, selalu diadakan lomba patrol, yang biasanya digawangi oleh remaja IPNU dan IPPNU, serta mengundang grup - grup patrol dari kampung tetangga. Dalam lomba ini tentunya banyak sekali berbagai atraksi yang menarik, serta berbagai lagu yang menyenangkan.
Selain ketiga tradisi Ramadhan yang sudah saya tururkan diatas ada lagi yang namanya tradisi " maleman" tradisi ini biasa dilakukan pada malam ke dua puluh lima bulan Ramadhan, dalam tradisi ini, semua jamaah tarawih dan tadarus membawa "berkat" berupa nasi dan lauk pauk, ketan kukus dan buah-buahan, dan lain sebagainya, yang nantinya akan ditukar satu sama lain, sehingga apa yang kita bawa ke masjid , ketika pulang kita bawa "berkat" nya dari tetangga, dalam acara "maleman" ini biasanya juga merupakan khataman tadarus Al-Qur'an, selama bulan Ramadhan. Dan setelah itu anak-anak santri TPQ Lailatul Qodar yang merupakan satu naungan dengan masjid Lailatul Qodar, akan tetap tadarusan hingga Ramadhan berkahir. Sehingga lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an tetap terdengar sepanjang bulan Ramadhan. Begitu syahdu dan mengasyikkan.
Begitulah kiranya tradisi bulan Ramadhan di kampungku, tak kalah meriah kan???