Pekalongan (15/8) -- Per tanggal 15 Agustus 2020 kasus positif Covid-19 di Kabupaten Pekalongan mencapai 61 kejadian. Dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di sekitar yang ada di Jawa Tengah, kasus positif Covid-19 di Kabupaten Pekalongan dinilai cukup rendah. Data menyebutkan bahwa Jumlah kasus Covid-19 di Kabupaten Batang mencapai 124 orang, Kabupaten Pemalang 163 orang, dan Kabupaten Tegal 71 orang. Namun, kasus Covid-19 di Kabupaten Pekalongan dinilai telah meningkat pesat ditandai dengan berubahnya status Kabupaten Pekalongan menjadi zona merah. Dengan meningkatnya status zona merah yang ada di Kabupaten Pekalongan ini, masyarakat dituntut untuk bisa lebih menaati protokol kesehatan dalam upaya menghadapi Covid-19.
Salah satu protokol kesehatan yang ada dalam upaya menghadapi Covid-19 adalah upaya untuk selalu menjaga kebersihan tangan. Menurut penelitian, cara yang paling ampuh untuk menjaga kebersihan tangan adalah dengan mencuci tangan dengan menggunakan sabun selama 30 detik. Di era new normal ini, dimana kita dituntut untuk kembali melakukan aktivitas di tengah pandemi, adakalanya kita tidak bisa menemukan air bersih yang cukup untuk digunakan sebagai alat untuk mencuci tangan, sehingga kita perlu untuk sedia handsanitizer sebagai pengganti sabun.
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan salah satu poin penting untuk menunjang tercapainya Sustainable Development Goals (SDG) nomor 3 yaitu Good Health and Well-Being. Apalagi di masa pandemi ini, kebersihan dan kesehatan merupakan salah satu faktor penting untuk menjaga diri terhindar dari virus Covid-19. Namun faktanya, masyarakat masih jarang yang memperhatikan dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Masyarakat Indonesia masih terkesan tak acuh terhadap kesehatan dan kebersihan baik untuk diri sendiri, keluarga maupun lingkungannya.
Hal ini juga terjadi pada Kelurahan Kedungwuni Timur. Berada di dekat pusat keramaian membuat kebersihan dan kesehatan menjadi masalah serius yang dihadapi oleh masyarakat Kedungwuni Timur. Banyak sampah masih terlihat berserakan dan budaya cuci tangan menggunakan sabun dan memakai handsanitizer masih jarang dilakukan.
Hal ini diperparah dengan kondisi sabun dan handsanitizer yang beredar di pasaran memiliki kandungan kimia yang berbahaya bagi masyarakat yang memiliki kulit sensitif serta dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan. Beberapa warga mengakui bahwa kulit menjadi kering, kasar dan bahkan perih akibat terlalu sering mencuci tangan menggunakan sabun atau handsanitizer.
Sejalan dengan hal tersebut, Mahasiswa KKN Tim II Universitas Diponegoro di Kelurahan Kedungwuni Timur, Kecamatan Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan, mengajak masyarakat untuk bisa memanfaatkan daun kelor menjadi sabun organik dan daun lidah buaya menjadi handsanitizer yang ramah lingkungan. Daun kelor dan daun lidah buaya dapat dimanfaatkan menjadi bahan sabun organik dan handsanitizer.
Kelebihan sabun organik dari daun kelor dan handsanitizer dari daun lidah buaya dibandingkan dengan produk konvensional terletak pada zat penyusunnya. Zat organik yang terkandung dalam sabun dan handsanitizer organik dapat membuat kulit menjadi lebih lembut, melembabkan kulit, terhindar dari iritasi, serta mengatasi penuaan dini. Selain itu, sabun organik juga dapat mengatasi masalah lingkungan karena kandungannya tidak berbahaya apabila dibuang ke alam.
Kegiatan pemberdayaan masyarakat ini dimulai dari kegiatan edukasi tentang pentingnya cuci tangan menggunakan sabun dan handsanitizer serta manfaat produk sabun dan handsanitizer organik, kemudian dilanjutkan dengan pelatihan pembuatan sabun organik dan handsanitizer selama beberapa hari kepada pemuda dan dewasa Kelurahan Kedungwuni Timur, serta kegiatan ditutup dengan pemantauan secara berkelanjutan dan evaluasi keberjalanan program agar kedepannya lebih optimal.