Mohon tunggu...
khansa luthfiah azhar
khansa luthfiah azhar Mohon Tunggu... pelajar

labscib

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Saat Teknologi Menyajikan Gizi: Peran AI dalam Pola Makan Sehat

3 Oktober 2025   10:37 Diperbarui: 3 Oktober 2025   10:51 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Memelihara pola makan yang sehat merupakan tantangan signifikan bagi banyak individu di era kehidupan yang serba cepat dan padat saat ini. Banyak orang menghadapi tantangan untuk secara konsisten menerapkan gaya hidup sehat akibat keterbatasan waktu, kurangnya informasi yang tepat, serta minimnya dorongan dalam menjalankan pola makan yang benar. Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa lebih dari 50% populasi global menghadapi risiko penyakit kronis karena pola makan yang tidak sehat. Keadaan ini memerlukan solusi yang kreatif dan efisien agar masyarakat dapat lebih gampang mendapatkan dan menerapkan pola nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh mereka.

Di sinilah teknologi Kecerdasan Buatan (AI) memberikan kontribusi signifikan dalam sektor nutrisi dan kesehatan. AI dapat melakukan analisis data kesehatan secara individual, mencakup usia, berat badan, dan riwayat kesehatan, sehingga menghasilkan saran pola makan yang sesuai dengan kondisi masing-masing. Penelitian dari Journal of Nutrition menunjukkan bahwa program diet yang didukung AI meningkatkan kepatuhan individu pada pola makan sehat hingga 30% lebih tinggi dibanding metode konvensional. AI juga membuat perhitungan kalori dan nutrisi lebih mudah melalui fitur pengenalan gambar makanan, sehingga pemantauan asupan gizi lebih tepat dan efisien.

Selain menyesuaikan diet, AI juga memberikan pengaruh baik terhadap keberlanjutan lingkungan. Dengan estimasi konsumsi bahan makanan yang lebih tepat, AI berkontribusi dalam mengurangi limbah makanan yang mencapai sekitar 1,3 miliar ton setiap tahunnya di seluruh dunia, menurut laporan FAO. Pengurangan limbah makanan ini tidak hanya menekan pengeluaran, tetapi juga menurunkan jejak karbon dari produksi bahan makanan, mendukung pola hidup yang lebih berkelanjutan.

Memelihara pola makan yang sehat merupakan tantangan signifikan bagi banyak individu di era kehidupan yang serba cepat dan padat saat ini. Banyak orang menghadapi tantangan untuk secara konsisten menerapkan gaya hidup sehat akibat keterbatasan waktu, kurangnya informasi yang tepat, serta minimnya dorongan dalam menjalankan pola makan yang benar. Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa lebih dari 50% populasi global menghadapi risiko penyakit kronis karena pola makan yang tidak sehat. Keadaan ini memerlukan solusi yang kreatif dan efisien agar masyarakat dapat lebih gampang mendapatkan dan menerapkan pola nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh mereka.

Di sinilah teknologi Kecerdasan Buatan (AI) memberikan kontribusi signifikan dalam sektor nutrisi dan kesehatan. AI dapat melakukan analisis data kesehatan secara individual, mencakup usia, berat badan, dan riwayat kesehatan, sehingga menghasilkan saran pola makan yang sesuai dengan kondisi masing-masing. Penelitian dari Journal of Nutrition menunjukkan bahwa program diet yang didukung AI meningkatkan kepatuhan individu pada pola makan sehat hingga 30% lebih tinggi dibanding metode konvensional. AI juga membuat perhitungan kalori dan nutrisi lebih mudah melalui fitur pengenalan gambar makanan, sehingga pemantauan asupan gizi lebih tepat dan efisien.

Selain menyesuaikan diet, AI juga memberikan pengaruh baik terhadap keberlanjutan lingkungan. Dengan estimasi konsumsi bahan makanan yang lebih tepat, AI berkontribusi dalam mengurangi limbah makanan yang mencapai sekitar 1,3 miliar ton setiap tahunnya di seluruh dunia, menurut laporan FAO. Pengurangan limbah makanan ini tidak hanya menekan pengeluaran, tetapi juga menurunkan jejak karbon dari produksi bahan makanan, mendukung pola hidup yang lebih berkelanjutan.

Meskipun banyak keuntungan telah terungkap, implementasi AI dalam sektor gizi masih menghadapi sejumlah tantangan signifikan. Masalah privasi data menjadi fokus utama, karena data kesehatan sangat sensitif dan mudah disalahgunakan. Di samping itu, akses ke teknologi AI masih belum setara, khususnya di kawasan pedesaan atau negara-negara berkembang, yang menghambat potensi besar teknologi ini untuk memberikan dampak yang merata. Namun, dengan pengembangan yang berkelanjutan dan regulasi yang tepat, AI memiliki peluang besar untuk menjadi mitra penting dalam mewujudkan pola makan yang lebih sehat, personal, dan berkelanjutan bagi masyarakat global di masa depan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun