Mohon tunggu...
Khasbi Abdul Malik
Khasbi Abdul Malik Mohon Tunggu... Guru - Gabut Kata.

Panikmat Karya dalam Ribuan Tumpukan Kertas.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Metode Kaderisasi Pemimpin Ala Gontor

7 Mei 2017   08:56 Diperbarui: 7 Mei 2017   09:04 1315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Dalam Proses Kaderisasi, Gontor dengan pengalamannya telah memiliki metode tersendiri untuk mencetak para kadernya dengan berbagai macam trik dan tipsinya.”

Pondok Modern Darussalam Gontor dalam mendidik santri-santri sudah memiliki trik ataupun cara tersendiri berdasarkan pengalaman puluhan tahun, hingga kini masuk ke 91 tahun, sudah mendekati satu abad. Pengalaman tersebut menghasilkan beberapat metode yang disebut dengan “Metode Kaderisasi Pemimpin,” diantanya:

Pertama, pengarahan. Dalam proses pembentukan karakter pemimpin, pemberian pengarahan terhadap santri sebelum melaksanakan berbagai kegiatan adalah muthlak bersifar sangat penting. Dengan pengarahan, santri akan diberikan pemahaman terhadap seluruh kegiatan yang akan dilaksanakan, kemudian dievaluasi setelahnya untuk mengetahui standar pelaksanaan kegiatan tersebut. 

Maka, dalam setiap kegiatan di Gontor ada pengarahannya seperti, pembukaan tahun ajaran baru, pembagian jadwal guru, pekan perkenalan khutbatul ‘arsy, pengarahan ujian, dan kegiatan-kegiatan lainnya. Pengarahan bertujuan untuk memberikan pemahaman agar santri mengerti untuk apa melaksanakan kegiatan, bagaimana tehnik pelaksanaan, mengapa dan bagaimana pelaksanaan, apa isi dan filosofinya. 

Kedua, pelatihan. Pengarahan saja tidak mencukupi, santri harus mendapatkan pelatihan-pelatihan hidup sehingga bisa trampil dalam bersikap dan menyikapi kehidupan ini. Hingga ia memiliki wawasan yang luas, baik wawasan keilmuan, pemikiran, dan pengalaman. Seperti, pelatihan keguruan (untuk guru/ustadz), organisasi di tingkat asrama sampai tingkat pelajar, kursus atau klub-klub seni dan olahraga, sampai tingkat mahasiswa pun tetap mendapatkan pelatihan. Dalam pelatihan tersebut di dalamnya terdapat pelatihan kepemimpinan, pelatihan pengorbanan, kesabaran, kesederhanaa, dan pelatihan hidup bersama. 

Dinamika pelatihan tesebut sangatlah membentuk dan mewarnai mental dan karakter, karena semakin trampilllan santri, maka semakin tinggilah kepercayaan diri santri. Hal-hal inilah yang mendorong santri Gontor selalu berpartisipasi di manapun berada. Namun demikian, pengarahan dan pelatihan saja tidak cukup, calon pemimpin harus diberi tugas, karena dengan tugas, santri akan terdidik, terkendali dan termotivasi. 

Ketiga, penugasan. Penugasan adalah proses penguatan dan pengembangan diri. Maka, barang siapa yang banyak mendapatkan tugas atau melibatkan diri untuk berperan dan menfungsikan dirinya dalam berbagai kegiatan dan tugas, maka dialah yang akan kuat dan trampil dalam menyelesaikan berbagai problema hidup. Dengan begitu santri Gontor dikenal sebagai santri yang dinamis, karena memang tata kehidupan di dalamnya memiliki dinamika dan disiplin yang tinggi serta diberi muatan jiwa ataupun filsafat hidup. 

Dalam kamus Gontor, tidak berlaku orang diberi tahu atau dikasih tahu, diberi tugas dan dikasih tugas. Yang berlaku adalah, siapa yang banyak mengambil inisiatif mencari pekerjaan atau tugas-tugas, dialah yang akan banyak mendapatkan keuntungan. Karena itu, tugas adalah suatu merupakan suatu kehormatan dan kepercayaan sekaligus kesejahteraan. Dia tidak saja akan musta’mal, tetapi juga mu’tabar, mu’tarof bahkan muhtarom. Maka, beruntunglah orang yang mendapatkan tugas-tugas dan mampu menyelesaikannya. Berarti dia terhormat sekaligus terpercaya. 

Keempat, pembiasaan. Pembiasaan merupakan unsur penting dalam pengembangan mental dan karakter santri. Pendidikan Gontor adalah pembiasaan. Maka, seluruh tata kehidupan di Gontor seringkali diawali dengan proses pemaksaan. Seperti, sebagian besar santri sulit untuk mengikuti disiplin pondok, disiplin pergi ke masjid. Caranya, dengan memberikan absen sebelum berangkat ke Masjid. Pada awalnya ada unsure keterpaksaan, namun akhirnya santri akan terbiasa untuk berdisiplin.

Kelima, pengawalan. Mengawal seluruh tugas dan kegiatan santri agar selalu mendapatkan bimbingan, sehingga seluruh apa yang telah diprogramkan mendapatkan kontrol, evaluasi, dan langsung diketahui. Pengawalan ini sangat penting untuk mendidik, dan memotivasi. Tidak hanya santri, tetapi bagi pengurus instruktur bahkan kyai juga ikut terdidik. Seperti ungkapan, “Guru sebenarnya tidak saja mengajari muridnya, tetapi dia juga mengajari dirinya sendiri.”

Keenam, Uswatun Hasanah atau suri tauladan. Dalam suatu pendidikan, upaya ini menjadi sangat penting dalam keberhasilan pendidikan. Karena Rasulullah SAW beserta para sahabatnya berhasil membina umat dengan memberikan suri tauladan. Maka, proses kaderisasi yang dijalankan oleh pedidikan Gontor sebenarnya proses uswatun hasanah yang selalu diberikan oleh para pendirinya, pimpinan, pengasuh, dan guru. Bahkan pengurus yang ada di pondok ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun