Mohon tunggu...
Khalil Abdul Wahid
Khalil Abdul Wahid Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

Saya merupakan seorang yang sangat menyukai dunia pendidikan dan multimedia. Untuk itu saya berkeinginan untuk membagikan berbagai ragam informasi seputar pendidikan dan multimedia di laman ini. Stay tune yah!!

Selanjutnya

Tutup

Nature

Kendari, Kota Sejuta Potensi yang Selalu Menjadi Langganan Banjir, Mengapa Hal itu Terjadi?

17 Juni 2022   22:36 Diperbarui: 17 Juni 2022   22:45 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kendari merupakan suatu kota yang sudah berumur cukup tua. Hal ini dibuktikan dengan adanya catatan perjalanan seorang yang berkebangsaan belanda yaitu Vosmaer pada tahun 1831, yang menceritakan bahwa kota Kendari dahulunya telah diduduki oleh orang-orang Tolaki, Bajo, dan Bugis. Sesuatu yang paling mencolok dalam pembetukan Kota Kendari adalah sebuah teluk yang berhadapan langsung dengan laut Banda yang menjadikannya sebagai salah satu Ikon kota yang sangat terkenal di mata masyarakat sekitar.

Seinring dengan berjalannya waktu, Kendari menjadi salah satu kota yang besar dan berkembang di Sulawesi Tenggara. hal ini ditandai dengan banyaknya para investor yang menanamkan modalnya dan naiknya pendapatan masyarakat dari tahun ke tahun dan pembangunan infrastruktur juga tidak kalah bersaing. banyaknya bangunan-bangunan megah dan jalan yang luas menjadi tanda bahwa Kendari telah mengalami perkembangan pesat dan serasa tidak mau kalah dengan kota-kota lainnya di Indonesia berbagai programpun dijalankan demi menjadi kota yang maju, sebut saja Kendari Green City. Namun, dengan semakin berkembangnya Kota Kendari, menyebabkan salah satu dari pihak yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup kita merasa terugikan, dia adalah Lingkugan.

Berkembangnya Kota Kendari tidak mejadikannya aman dari bencana alam seperti banjir. selain letak geografisnya yang dilalui oleh Sungai Wanggu dan anak-anaknya lalu bermuara di teluk kendari. Kendari juga merupakan daratan rendah yang menjadikannya rentan terhadap banjir, meskipun ada sebagaian dari daratannya yang tinggi. salah satu masalah yang menyebabkan banjir ini adalah pembangunan permukiman atau bangunan-bangunan megah lainnya yang semakin banyak dari tahun ketahun yang menyebabkan daerah resapan air semakin sedikit serta didukung oleh drainase yang kurang berfungsi dengan baik mengakibatkan air meluap dan jadilah banjir ditempat-tempat yang rendah.

Perkembangan wilayah Kota Kendari pada dasarnya membawa dampak positif untuk perekonomian dan kesejahteraan hidup masyarakat. Namun di sisi lain, perkembangan wilayah Kota Kendari membawa dampak negatif terhadap lingkungan fisik, seperti hilangnya daerah resapan air akibat pembangunan permukiman dan industri, terjadinya penyempitan aliran sungai, hingga buruknya prilaku masyarakat terhadap lingkungan sekitar, menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan yang dapat menambah beban masalah banjir di Kota Kendari. Hal ini sejalan dengan pendapat Kasnar et al., (2019) yang menjelaskan bahwa bencana banjir di Kota Kendari umumnya disebabkan oleh percepatan pertumbuhan kawasan permukiman yang membuat daerah resapan menjadi berkurang. Pendapat lainnya dijelaskan oleh Susanto et al., (2019) bahwa rusaknya hutan di hulu sungai yang mengalir di Kota Kendari disebabkan oleh adanya berbagai aktifitas masyarakat yang tidak terkendali seperti penggundulan hutan, pembukaan lahan, dan  pembalakan liar menjadi faktor penyebab terjadinya banjir di Kota Kendari. Lebih lanjut Supriadi et al., (2016); Maddi et al., (2021) menjelaskan lebih rinci bahwa permasalahan banjir di Kota Kendari disebabkan oleh perubahan tata guna lahan, debit banjir semakin besar, kinerja sistem pengendalian banjir yang tidak optimal, penanganan banjir masih bersifat parsial dan jangka pendek, serta berkurangnya kapasitas tampungan sungai akibat sedimentasi.

Selain masalah diatas, penggundulan hutan untuk pembukaan lahan permukiman di hulu juga menjadi masalah utama yang sulit untuk diselesaikan. hal ini dikarenakan hulu dan muara sungai wanggu berbeda daerah administrasi. hulu sungai wanggu diduduki oleh wilayah administrsi Kabupaten Konawe Selatan yang notabenenya merupakan wilayah baru dan ingin membangun daerahnya, sedangkan untuk wilayah muara diduduki oleh Kota kendari yang bermuara di Teluk Kendari. Konsel (singkatan Konawe Selatan) pasti ingin membangun daerahnya agar tidak tertinggal dengan daerah-daerah disekitarnya. Salah satu upaya yang dilakukan adalah pembukaan lahan baru untuk permukiman maupun perkantoran, pembukkan lahan akan mengakibatkan hutan gundul di daerah hulu. akibatnya ketika hujan datang, air hujan tidak langsung terserap kedalam tanah akan tetapi langsung mengalir ke sungai dalam jumlah yang banyak, dikarenakan sungai juga mempunyai kapasitas menampung air, jadi air yang berlebihan tersebut tidak mampu ditampung oleh sungai dan akhirnya menyebabkan dataran rendah yang dilalui oleh sungai tersebut mejadi banjir. Itulah Kota Kendari. Salah satu upaya pemerintah Kota kendari yang saya apresiasi dalam penanggulangan banjir adalah perbaikan drainase secara besar-besaran serta pembangunan saluran drainase primer yang langsung menguhubungkan dengan laut. akan tetapi hal itu kurang maksimal jika hulunya pun tidak diperbaiki. seharusnya pihak Pemkot mengadakan koordinasi dengan Pemkab Konsel tentang penanggulangan banjir dan upaya yang harus dilakukan untuk meminimalisir terjadinya bancana, karena sungai wanggu merupakan milik mereka bersama.

Referensi:

Maddi, H. C., Musa, R., Ashad, H., Wilayah, B., & Sulawesi, S. (2021). Kajian Pengendalian Banjir dengan Menggunakan Waduk Regulasi (Studi Kasus : DAS Wanggu Kota Kendari). Journal Flyover. 01(01), 21–32.

Kasnar, S., Hasan, M., Arfin, L., & Sejati, A. E. (2019). Overlay Dengan Kondisi Sebenarnya di Kota Kendari. Jurnal Tunas Geografi, 8,(2), 85–92. https://doi.org/10.24114/tgeo.v8i2.15088

Susanto, I. I., Selintung, M., & Muhibuddin, A. (2020). Determinan Bermukimnya Masyarakat di Kawasan Rawan Banjir Kelurahan Lepo-Lepo Kota Kendari. Urban and Regional Studies Journal, 2(1), 8–14. https://doi.org/10.35965/ursj.v2i1.202

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun