Mohon tunggu...
Khadeejannisa
Khadeejannisa Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

بسم الله Menulis adl caraku berbagi dan bercerita

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

TV Digital: Inovasi Teknologi Komunikasi

4 Desember 2022   20:00 Diperbarui: 4 Desember 2022   20:11 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar: pixabay.com

Televisi adalah media elektronik-telekomunikasi yang mendunia. Semenjak pertama kali digagas di tahun 1926 oleh inventor Scotland, John Logie Baird. Terus dikembangkan oleh penemuan John Mc.Graham di Saththam setelahnya. Televisi telah bertransformasi dari segi bentuk, kualitas gambar dan teknologi sesuai perkembangan jaman. Mulai dari kotak tabung hitam-putih sederhana hingga semakin lebar, tipis dan berwarna. Dikenal dengan sebutan TV tabung, LCD, LED, sampai smart TV. Resolusi warna yang dihasilkan semakin jernih dan berkualitas. Tak hanya bisa menyiarkan tayangan televisi, namun juga berbagai fitur mulai dari radio, game, alarm, recording, internet, dan fitur-fitur canggih lainnya.

Tayangan televisi pun makin bervariatif seiring perubahan jaman, mulai dari warta berita yang pernah ditayangkan serempak di seluruh stasiun TV nasional dan kini hanya disiarkan oleh TVRI. Sinetron produk nasional yang di awal kemunculannya ditayangkan seminggu 2-3 kali hingga trend beralih menjadi stripping tayang setiap hari. Masuknya pengaruh serial luar negeri ala Bolywood, Telenovela, Turkish dan Timur tengah. Kuis cerdas cermat yang dulu menjadi salah satu produk unggulan TVRI lantas diadopsi oleh kuis-kuis asah otak di tv swasta yang berhadiah fantastis. Talk show inspiratif mulai tergerus oleh infotainment yang nyatanya lebih digandrungi . Acara-acara musik hits seperti MTV, serial dan film kartun, tausiyah hingga pembelajaran kian berkurang karena tergeser kehadiran platform media internet yang bervariasi.

Dahulu televisi menjadi hiburan utama bagi keluarga. Banyak acara kesayangan pemirsa yang sangat dinanti penayangannya melalui televisi. Berangkat dari stasiun televisi yang juga merupakan lembaga penyiaran publik, TVRI hingga berkembang menjadi ratusan channel dalam dan luar negeri. Dahulu televisi termasuk kategori barang mewah yang tak dimiliki oleh setiap orang. Sekarang TV hanyalah barang elektronik biasa yang setiap orang mampu membelinya karena dipasarkan dalam beragam jenis, merk, dan ukuran. Wajar juga jika dalam satu rumah memiliki lebih dari satu televisi, biasanya TV utama ada di ruang keluarga, sementara di masing-masing kamar memiliki tv yang ukurannya lebih kecil.

Kemunculan TV berbayar, TV berlangganan atau disebut juga TV kabel/ parabola dipelopori oleh Indovisi*n (cikal bakal MNC vis*on) menjadi tren baru bagi pemirsa TV kala itu. Penonton dapat mengakses tayangan TV dalam dan luar negeri. Hingga di tahun 2022 ini pemerintah melalui kominfo menerapkan analog switch off (ASO) secara penuh yang dibagi dalam beberapa tahapan.

Migrasi TV analog ke TV digital tak hanya menguntungkan bagi pemirsa yang mendapatkan siaran berkualitas, tapi juga efisiensi penggunaan frekuensi. Selama ini dalam siaran analog satu frekuensi siaran hanya bisa digunakan untuk satu stasiun televisi, sementara ketersediaan frekuensi siaran terbatas. Melalui siaran TV digital, satu frekuensi siaran dapat digunakan hingga 12 stasiun TV. Sisa broadband bisa dialihkan ke kebutuhan digital untuk akses internet seperti pemanfaatan program UMKM Go digital, industri e-commerce, marketplace, dan pengembangan startup atau platform-platform digital baru.

Televisi baru bisa menangkap siaran digital apabila dilengkapi dengan receiver sistem penyiaran sinyal digital DVB-T2 (Digital Video Broadcasting -- Terrestrial second generation). Jika fitur ini tak ditemui dalam spesifikasi, bisa dipastikan TV anda tidak bisa menikmati siaran digital. Solusinya adalah menggunakan perangkat tambahan STB (Set Top Box) untuk mengonversi sinyal digital agar bisa ditangkap oleh TV non-digital.

Masalahnya belum banyak orang yang memiliki smart TV yang mengandalkan teknologi digital. Artinya mengharuskan masyarakat untuk membeli set top box guna memanfaatkan tv analog agar bisa terus digunakan. Pemerintah memberikan dukungan dalam bentuk pembagian STB gratis kelompok rumah tangga miskin (RTM) atau rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan masuk dalam 10 persen terendah. Itupun baru di wilayah pusat dan belum bisa mengcover kebutuhan masyarakat luas.

Bukan tidak mungkin pada akhirnya pesawat televisi akan langka atau mungkin punah dan bermutasi ke ponsel sebagaimana yang terjadi pada radio dan media cetak. Cukup satu ponsel mampu memenuhi beragam kebutuhan manusia akan teknologi dan internet. Radio, televisi, media sosial hingga media online hanya dalam satu genggaman saja. Jalur mandiri hanya bermodalkan paketan kuota internet atau pasang router. Pilihan jalur merakyat bisa melalui teathering hotspot teman, nongkrong di warkop berfasilitas wifi gratis atau mampir ke wifi corner.

Masih terlalu dini untuk berasumsi, persepsi maupun argumentasi atas penghentian siaran tv analog serta migrasinya ke siaran tv digital. Setidaknya tunggu hingga pemanfaatannya merata di seluruh wilayah Indonesia. *deeja

Referensi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun